Info Subulussalam
Kisah Tanah Kejujuran di Jejak Syekh Hamzah Fansuri
Kisah tanah jujur ini berkaitan erat dengan alasan Syekh Hamzah Fansuri, memutuskan menetap dan mendirikan Kampong Oboh.
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Nur Nihayati
Tentu tidak hanya jadi simbol dengan menjadi makam Syekh Hamzah Fansuri, sebagai suaka peninggalan sejarah dan purbakala.
Lebih dari itu mempelajari dan mendalami karya sang guru tasawuf Tuan Syekh Hamzah Fansuri, sebuh keniscayaan untuk jadi obor setiap nafas kehidupan.
Karomah Syeh Hamzah Fansuri
Saat Syekh Hamzah Fansuri, tiba di Oboh sekitar abad ke-16 lokasi itu belum memiliki nama. Nama Oboh, ditabalkan oleh Syekh Hamzah Fansuri.
Asal usul nama Oboh dari nama pohon beleboh, yang di tanam di hulu dan hilir sungai Lae Soraya, sebagai batas kampong.
Konon pohon beleboh itu, dibawa Tuan Syekh Hamzah Fansuri, dalam perjalan dari Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, sebelum tiba di Oboh.
Setelah ditanam, maka daerah pinggir sungai Lae Soraya tersebut diberi nama Oboh. Nama itu tidak berganti, hingga masa kini.
"Pada waktu itu berangkat dari Barus bawa dua batang beleboh ditanam sekitar 50 meter ke atas dan ke bawah 500 meter.
Karena dari batang beleboh tadi jadi Oboh," ujar Abdullah Juru Kunci atau penjaga Makam Syekh Hamzah Fansuri.
Syekh Hamzah Fansuri diketahui masyarakat merupakan sosok yang memiliki karomah, yaitu kemuliaan dari Allah Swt karena saleh dan bertakwa.
Karomah itu antara lain memindahkan danau yang ada di Oboh, sejauh kira-kira 2 kilometer ke seberang sungai Lae Soraya.
Kala itu Syekh Hamzah Fansuri berniat mendirikan meunasah atau masjid sebagai tempat belajar agama Islam bagi murid-muridnya dan tempat shalat berjamaah di Kampong Oboh.
Sayang rencana itu, tidak serta merta dapat direalisasikan. Lantaran di lokasi terdapat danau kecil, yang menyebabkan sulit membuat meunasah.
Lantas Syekh Hamzah Fansuri, bermunajat kepada Allah. Sebagai ulama yang mendapat karomah, doa Tuan Syekh diijabah, danau tersebut pindah ke seberang sungai Lae Soraya di sekitar Kampong Lae Saga, Kecamatan Rundeng, pada masa kini.
Setelah danau pindah, maka didirikan meunasah dengan murid pertamanya Syekh Abdurrauf As Singkil, putra Syekh Ali Al-Fansuri yang merupakan kerabat dari Syekh Hamzah Fansuri.
Tahun 80-an warga sekitar masih sering menangkap ikan di danau tersebut. Abdullah menjadi saksi hidup keberadaan danau di seberang sungai Kampong Oboh.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Makam-1211.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.