Sejarah

Makam Meurah II, Jejak Raja-raja Aceh yang Hilang Ditelan Waktu

Di sebuah sudut tenang di Desa Ulee Lueng, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, terdapat sebuah tempat yang menyimpan kisah masa lalu

Penulis: Hendri Abik | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/FOR SERAMBINEWS
KOMPLEKS MAKAM - Suasana kompleks Makam Meurah II/ Foto Kiriman Ahyan Ariefuzzaki SMAN 1 Darul Imarah Aceh Besar 
Ringkasan Berita:
  • Sekilas tampak seperti pemakaman biasa, namun di balik batu-batu nisan kuno itu tersimpan sejarah panjang kerajaan-kerajaan tua Aceh.
  • Saat menelusuri kompleks Makam Meurah II seperti melangkah mundur ke masa lampau.
  • Ada 42 batu nisan di sana sebagian masih tegak berdiri, sebagian lainnya mulai lapuk dan pecah dimakan usia.

 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Di sebuah sudut tenang di Desa Ulee Lueng, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, terdapat sebuah tempat yang menyimpan kisah masa lalu penuh kebesaran  Makam Meurah II.

Letaknya tidak jauh dari Dayah Bustanul Muta’alimin, dikelilingi pepohonan rindang dan suasana yang damai. 

Sekilas tampak seperti pemakaman biasa, namun di balik batu-batu nisan kuno itu tersimpan sejarah panjang kerajaan-kerajaan tua Aceh.

Saat menelusuri kompleks Makam Meurah II seperti melangkah mundur ke masa lampau. 

Ada 42 batu nisan di sana sebagian masih tegak berdiri, sebagian lainnya mulai lapuk dan pecah dimakan usia.

Masing-masing nisan memiliki ukiran khas, beberapa di antaranya dihiasi kaligrafi Arab yang indah, bukti betapa majunya seni pahat Aceh di masa lalu.

Seni batu nisan Aceh sendiri telah ada sejak abad ke-13 Masehi, terbukti dari makam Sultan Malik al-Saleh di Samudera Pasai yang bertahun 1297 M. 

Pada masa kejayaan Kesultanan Aceh, antara abad ke-15 hingga ke-17 Masehi, seni ini berkembang pesat bahkan sampai menjadi komoditas ekspor yang dikenal hingga luar negeri.

Yang paling menarik, di kompleks ini juga terdapat makam seorang laksamana wanita, dikenal dengan nama Meurah Meukuta. 

Baca juga: Keturunan Raja Aceh Gelar Silaturahmi di Nagan Raya

Batu nisannya memuat tulisan Arab Jawi yang indah dengan makna “Laksamana, saudara orang kaya Sri Maha Raja dari bangsa Moro.”

Bangsa Moro sendiri dikenal sebagai pelaut tangguh dari Mindanao, Filipina Selatan — bangsa yang ulet, pemberani, dan mampu beradaptasi di mana pun mereka berlabuh, termasuk di bumi Aceh.

Kini, Makam Meurah II menjadi saksi bisu perjalanan panjang peradaban Aceh. 

Setiap batu nisan berceritatentang raja-raja yang pernah berkuasa, tentang seni dan budaya yang berkembang megah, serta tentang masa lalu yang tak boleh hilang dari ingatan.

Saat dijumpai Penjaga Makam, Rahmad mengatakan Komplek ini merupakan salah satu dari tiga makam Meurah di Darul Imarah.  

Bagi masyarakat Aceh, sebutnya sebutan Meurah bukanlah nama sembarangan. 

Ia adalah gelar bangsawan untuk para penguasa wilayah semacam raja kecil yang diangkat oleh sultan sebelum datangnya Islam. 

Gelar ini bahkan telah dikenal jauh sebelum berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam.

“Sebutan Meurah juga pernah disandang oleh Meurah Pupok, putra Sultan Iskandar Muda, serta Meurah Silu, pendiri Kerajaan Samudera Pasai yang kemudian dikenal sebagai Sultan Malik al-Saleh,” jelasnya.

 Dahulu, katanya wilayah makam ini termasuk dalam Kerajaan Darul Kamal. 

Namun setelah kerajaan itu ditaklukkan oleh Kerajaan Meukuta Alam, daerahnya menjadi bagian dari Kesultanan Aceh Darussalam di bawah Sultan Ali Mughayat Syah. 

Sejak itu, kawasan ini menjadi tempat peristirahatan para bangsawan dan tokoh penting Aceh.

“Beberapa makam di sini diyakini milik Said Husain Shatha dan Raja Abdullah Al-Malikul Mubin. Dalam buku Aceh Sepanjang Abad karya sejarawan Muhammad Said, disebutkan bahwa Raja Abdullah merupakan ayah dari Sultan Inayat Syah, yang memiliki tiga putra, yaitu sultan Muzaffar Syah, Raja Meukuta Alam, Sultan Alauddin Riayat Syah, Raja Kerajaan Daya di akhir abad ke-15, dan Syamsu Syah, yang dikenal lewat makamnya bernama Kubeu Poteumeureuhom,”ujarnya.(*)

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved