Berita Banda Aceh

Tito Terharu Terima Gelar, Petua Panglima Hukom Nanggroe

“Saya jujur tidak menyangka, tidak berharap, dan juga tidak meminta. Saya bahkan sempat bertanya, ‘Yang Mulia, apakah saya layak menerima itu’

|
Editor: mufti
COVER KORAN SERAMBI INDONESIA
HEADLINE KORAN SERAMBI NIDONESIA EDISI KAMIS 20251113 

Tito tidak menyangka kedekatannya dengan Wali Nanggroe ini membuat dirinya dianugerahi gelar adat Aceh sebagai Petua Panglima Hukom Nanggroe. “Saya jujur tidak menyangka, tidak berharap, dan juga tidak meminta. Saya bahkan sempat bertanya, ‘Yang Mulia, saya apakah layak menerima itu’,” tuturnya. 

“Ini adalah penghargaan yang sangat luar biasa besar bagi saya, apalagi yang memberikannya adalah langsung Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe, Tengku Malik Mahmud Al-Haythar, sosok yang sangat dikenal, baik di Indonesia maupun internasional,” lanjutnya. 

Lebih jauh, Tito menganggap gelar adat yang disematkan pada dirinya ini merupakan sebuah kejutan yang tidak bisa dianggap remeh. Pasalnya, lembaga Wali Nanggroe ini merupakan lembaga kredibel dan memiliki legitimasi sosial di mata masyarakat Aceh.

“Dan juga memiliki legitimasi yuridis, karena ada dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh yang mengakui keberadaan lembaga Wali Nanggroe,” ungkapnya. 

Tito menambahkan, pemberian gelar kehormatan ini membuktikan bahwa adat dan budaya menjadi jembatan yang kuat dalam hubungan pemerintah. “Kita tidak ingin adat dan budaya dianggap menjadi penghambat pembangunan, tapi justru menjadi pendorong dan bisa menjadi jembatan agar masyarakat dapat menerima program-program pemerintah,” pungkasnya.(ra)

Alasan Wali Nanggroe Beri Gelar Kehormatan

  • Penghargaan atas jasa dan dedikasi dalam menjaga keamanan nasional dan memperkuat perdamaian di Aceh.
  • Keteladanan dan kebijaksanaan selama menjabat sebagai Kapolri, dengan komitmen kuat menegakkan hukum dan menjaga persaudaraan antar anak bangsa.
  • Peran penting dalam menjaga perdamaian Aceh, memastikan semangat MoU Helsinki tetap hidup sebagai dasar pembangunan yang adil dan damai.
  • Integritas dan kearifan pribadi, dianggap layak menjadi penasehat agung dalam bidang hukum dan keadilan bagi negeri.
  • Simbol penghormatan rakyat Aceh, sebagai bentuk rasa hormat dan terima kasih atas pengabdian Tito bagi bangsa dan Aceh khususnya.(*)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved