Berita Banda Aceh
Layanan Bedah Anak RSUDZA Dilirik Dunia, Berkat Inovasi “Ice Melon Aceh” di WOFAPS 2025 Turki
Dengan pemeriksaan awal yang tepat, tingkat keparahan dapat dicegah dan pengobatan dapat dilakukan lebih cepat.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
Layanan Bedah Anak RSUDZA Dilirik Dunia, Berkat Inovasi “Ice Melon Aceh” di WOFAPS 2025 Turki
SERAMBINEWS.COM, TURKI – Layanan bedah anak di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh kembali mencuri perhatian dunia internasional setelah inovasi teknik operasi “Ice Melon Aceh” dipresentasikan dalam 8th World Congress of Pediatric Surgery (WOFAPS) 2025 di Antalya, Turki, 12-15 November 2025.
Teknik yang lahir dari dokter bedah anak Aceh ini menjadi sorotan para peserta simposium dan membuat layanan bedah anak Aceh mulai dilirik oleh sejumlah ahli dan institusi medis dari Turki.
Konferensi tiga tahunan tersebut diikuti lebih dari 1.500 dokter bedah anak dan lebih dari 100 asosiasi bedah anak dunia.
Dua dokter Aceh, Dr dr Muntadhar Muhammad Isa SpB SubspPed(K) bersama dr Teuku Yusriadi SpBA FIAPS yang merupakan Ketua Asosiasi Klinik Indonesia (Asklin) Aceh, mempresentasikan langsung inovasi tersebut di Antalya, Turki.
Dr Muntadhar, yang juga Ketua IDI wilayah Aceh, mempresentasikan penelitian doktoralnya berjudul, “Unraveling the Molecular Basis of Clinical Heterogeneity in Hirschsprung Disease through Gene Expression Analysis.”
Ia menyampaikan perkembangan layanan dan penatalaksanaan penyakit megakolon atau gangguan buang air besar akibat tidak adanya saraf pada usus bagian bawah.
Baca juga: Doto Popon Kembali Nahkodai Asklin Aceh, Siap Perkuat Sinergi Klinik dengan Pemerintah
Penyakit ini, lanjut dia, sudah terjadi pada beberapa pasien di RSUDZA dan beberapa rumah sakit lainnya di provinsi Aceh, dan dilakukan dengan pendekatan biomolekular/genomik.
“Kasusnya tinggi di Aceh, bila di dunia presentasenya 1:5.000 maka di Aceh angkanya 1:1.900 kelahiran. Sekarang di RSUDZA kita sudah bisa melakukan tatalaksana pembedahan dengan operasi onestage satu tahap saja, kalau dulu operasinya bisa sampai 2-3 tahapan,” paparnya.
Dr Muntadhar menjelaskan bahwa teknik tersebut telah dipatenkan sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dengan nama “Ice Melon Aceh”, sebuah inovasi bedah anak hasil karya dokter Aceh.
“Alhamdulillah teknik operasi ini sudah dipatenkan dengan nama "Ice Melon Aceh". Ini adalah inovasi teknik operasi membanggakan yang lahir dari pakar bedah anak Aceh,” ujarnya yang disambut riuh tepuk tangan WOFAPS 2025.
Sejumlah peserta mendekati Dr Muntadhar untuk menggali lebih jauh metode tersebut, memuji inovasi yang dinilai efektif, aman, dan memiliki tingkat keberhasilan tinggi.
“Awalnya peserta bertanya-tanya di mana Aceh itu. Setelah saya menyebutkan ‘tsunami city 2004’, mereka langsung mengenalinya,” ujarnya.
Sementara itu, dr Teuku Yusriadi, yang akrab disapa Doto Popon, memaparkan penelitiannya berjudul “Procalcitonin and CRP as Predictive Biomarkers of Complicated Appendicitis in Children”,
yaitu peran biomarker laboratorium yang dapat mendeteksi komplikasi penyakit apendisitis (usus buntu) pada anak, dengan menilai tingkat keparahan dan derajat keberhasilan pengobatan.
Ia mengatakan, kasus anak dengan usus buntu banyak di Aceh. Dengan pemeriksaan awal yang tepat, tingkat keparahan dapat dicegah dan pengobatan dapat dilakukan lebih cepat.
“Harapannya dengan parameter laboratorium semakin cepat diketahui dan ditangani maka akan semakin baik dan bisa mencegah derajat keparahan penyakit. Jangan tunggu parah dulu sampai ususnya bocor baru datang ke rumah sakit,” tegasnya.
Biomarker tersebut, kata Doto Popon, nantinya sangat bermanfaat bagi dokter umum dan tenaga kesehatan untuk deteksi dini.
Pada Forum WOFAPS 2025 ini, Indonesia mengirimkan 11 dokter bedah anak dari Aceh, Yogyakarta, Jakarta, dan Surabaya, dipimpin oleh Prof. dr. Gunadi, Sp.BA, Ph.D selaku Ketua Kolegium Bedah Anak Indonesia.
“Banyak ilmu dan pengalaman yang kita dapatkan untuk kemajuan layanan bedah anak di Indonesia, khususnya di RSUDZA,” ujar Dr Muntadhar.
Ia mengatakan jika ada anak dengan penyakit bawaan, infeksi, kelainan anatomi, trauma, hingga tumor segera di bawa agar dapat ditangani dengan optimal di RSUDZA, terlebih seluruh pembiayaan kini bisa didukung BPJS Kesehatan.
Pada kesempatan terpisah, Doto Popon mengatakan bahwa Thailand telah ditunjuk menjadi tuan rumah WOFAPS ke-9 pada tiga tahun mendatang.
Sementara itu, pada sidang presidium penutup, Indonesia akan mengikuti proses bidding menjadi tuan rumah WOFAPS 2031, bersaing dengan Meksiko dan Pakistan.
“Kita doakan Indonesia terpilih sebagai tuan rumah WOFAPS 2031,” harapnya.
(Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Baca dan Ikuti Berita Serambinews.com di GOOGLE NEWS
Bergabunglah Bersama Kami di Saluran WhatsApp SERAMBINEWS.COM
Spesialis Bedah Anak
RSUDZA
Ice Melon Aceh
WOFAPS 2025
Turki
Layanan Bedah Anak RSUDZA
dr Teuku Yusriadi SpBA
Dr Muntadhar
dokter
| Anugerah Inovasi Aceh 2025 Masuki Tahap Penjurian, Ini 28 Inovasi Siap Dinilai |
|
|---|
| Komunitas Lokal Aceh MIT Foundation Jadi Anggota & Terima Hibah Teknologi dari Google for Nonprofits |
|
|---|
| Wali Nanggroe Anugerahkan Gelar Perkasa Alam untuk Almarhum Abu Razak, Ini Profil Lengkapnya |
|
|---|
| Tokoh Aceh Usul Pos Dana Otsus Harus Dipisah dengan APBA |
|
|---|
| Mualem Tunjuk Muhammad MTA Sebagai Jubir Pemerintah Aceh, Begini Kiprahnya |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Layanan-Bedah-Anak-RSUDZA-Dilirik-Dunia-Berkat-Inovasi-Ice-Melon-Aceh-di-WOFAPS-2025-Turki.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.