Berita Aceh Utara
Ketika Layanan Kesehatan Menyapa Warga, Kisah di Balik Program Cek Kesehatan Gratis di Aceh Utara
Inilah salah satu potret dari program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang sejak September 2025 telah menjadi kegiatan rutin 32 puskesmas yang tersebar...
Penulis: Jafaruddin | Editor: Nurul Hayati
Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Jafaruddin I Aceh Utara
SERAMBINEWS.COM,LHOKSUKON – Pagi yang cerah di sebuah desa pedalaman Aceh Utara, suasana meunasah tampak lebih hidup dari biasanya.
Pagi itu, ibu-ibu di Desa Kilometer VI Kecamatan Simpang Keuramat, Kabupaten Aceh Utara datang ke meunasah sambil membawa anaknya.
Mereka duduk rapi beralaskan tikar warna-warni di atas keramik yang dingin disapu angin, seolah ikut menjaga kenyamaman para ibu-ibu.
Sesekali di antara mereka terdengar rengekan suara anak kecil dan tawa serta gumamam polos yang membuat suasana semakin hidup.
Di hadapan para ibu, berdiri seorang petugas berseragam putih dengan sikap penuh percaya diri.
Pada hari itu, ia bukan sekadar pegawai puskesmas, tapi menjadi sumber pengetahuan, sahabat berbagi, bahkan pelindung kesehatan bagi ibu-ibu yang datang ke acara tersebut untuk memahami bagaimana kesehatan keluarga agar tetap sehat.
Di tengah ruang meunasah itu, beberapa petugas kesehatan telah menyiapkan meja kecil , tensimeter, alat cek gula darah, dan beberapa alat kesehatan lainnya hingga lembar skrining digital yang tersimpan di perangkat laptop mereka.
Baca juga: Kak Na Ajak Pengurus YJI Aceh Tak Bosan Kampanyekan Kesehatan Jantung
Inilah salah satu potret dari program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang sejak September 2025 telah menjadi kegiatan rutin 32 puskesmas yang tersebar dalam 27 kecamatan Kabupaten Aceh Utara, yang memberikan layanan kesehatan langsung kepada di tempat tinggal masyarakat.
Bahkan kini hingga ke pedalaman yang jauh dari pusat kecamatan.
Program ini merupakan bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Presiden Prabowo Subianto, sebuah upaya membangun sistem kesehatan yang lebih adil, menyeluruh, dan fokus pada pencegahan.
Untuk di Aceh Utara, implementasi CKG dilakukan dengan pendekatan jemput bola yang intensif.
Petugas puskesmas yang tergabung dalam tim piket datang tidak hanya ke meunasah, tetapi juga ke dayah, ke sekolah, hingga titik keramaian lainnya.
“Kami turun setiap hari, bergiliran dari satu titik ke titik lain, supaya semua warga benar-benar terlayani,” ujar Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Aceh Utara Ners Mahzar, kepada Serambinews.com, Sabtu (15/11/2205).
Ia menyebutkan program CKG menjadi metode efektif untuk mendeteksi dini penyakit, kemudian bila terdeksi penyakit, kemudian memberikan edukasi langsung kepada warga, serta menghubungkan mereka dengan layanan kesehatan lanjutan.
Tim pelayanan biasanya terdiri dari dokter umum, terkadang ada dokter gigi, bidan, perawat, tenaga promosi kesehatan, dan petugas sanitasi.
Mereka membawa perlengkapan skrining dasar seperti tensimeter, alat cek gula darah, kolesterol, dan asam urat, serta formulir pemeriksaan lain yang disesuaikan dengan kelompok usia.
Warga yang datang diperiksa tekanan darahnya, kadar gula, kondisi gizi, bahkan kesehatan mental.
Untuk anak sekolah, skrining dilakukan lebih mendetail, mencakup anemia, talasemia, riwayat kesehatan keluarga, perilaku kesehatan seperti kebiasaan merokok, hingga penyakit menular tertentu seperti Hepatitis B dan C.
“Tujuan kita memastikan masyarakat tahu kondisi kesehatannya sedini mungkin. Kalau ada masalah, langsung kita arahkan ke puskesmas,” ujar seorang dokter yang rutin turun ke desa-desa mengikuti program ini.
Pelaksanaan pemeriksaan berjalan hangat dan sangat humanis. Dalam satu kesempatan di kecamatan Sawang, seorang ibu bernama Nurmalawati tampak sedikit tegang saat jarinya ditusuk untuk pengecekan gula darah.
Ia mengaku sudah lama ingin memeriksakan diri tetapi merasa enggan datang ke puskesmas karena takut akan hasilnya.
“Kalau ke puskesmas, kadang takut. Pas ada petugas yang datang langsung ke meunasah, saya jadi mau cek,” katanya sambil tersenyum lega setelah proses pemeriksaan selesai.
Hasilnya menunjukkan kadar gula darahnya mulai meningkat sehingga petugas langsung memberikan edukasi sederhana tentang risiko diabetes.
“Kalau dibiarkan, bisa bahaya, Bu. Mulai kurangi manis-manis. Banyak minum air putih. Nanti seminggu lagi kami cek lagi,” ujar petugas promosi kesehatan yang mendampinginya.
Percakapan singkat itu menggambarkan bagaimana pendekatan jemput bola membuat layanan kesehatan menjadi lebih dekat, lebih diterima, dan lebih efektif dalam menyadarkan warga.
Antusiasme Warga Cek Kesehatan Gratis
Data yang dihimpun Serambinews.com dari Dinas Kesehatan Aceh Utara menunjukkan bahwa hingga Oktober 2025, terdapat 14.969 pendaftaran dan 10.604 layanan CKG berhasil diberikan di seluruh kecamatan.
Beberapa puskesmas mencatat angka pemeriksaan yang sangat tinggi seperti Puskesmas Nisam dengan 2.681 layanan, Puskesmas Tanah Pasir dengan 1.159 layanan.
Kemudian Puskesmas Simpang Keuramat yang melayani 1.111 warga.
Angka ini mencerminkan kebutuhan besar masyarakat terhadap layanan kesehatan gratis, sekaligus menunjukkan kerja besar petugas puskesmas yang turun langsung ke lapangan setiap hari.
“Permintaan masyarakat tinggi, walau ada juga yang awalnya enggan karena merasa sehat-sehat saja,” kata Mahzar.
“Tapi setelah dijelaskan, banyak yang akhirnya mau ikut skrining,” terangnya.
Namun, pelaksanaan program ini bukan tanpa kendala.
Mahzar mengungkapkan sejumlah tantangan yang mereka hadapi.
Pertama, masih ada desa-desa yang minat warganya rendah karena mereka berpikir bahwa pelayanan di puskesmas selama ini juga gratis.
Petugas pun sering harus membantu warga mengisi data administrasi CKG yang seharusnya dilakukan mandiri melalui aplikasi Satusehat.
“Petugas akhirnya harus melakukan pendaftaran dan membantu skrining mandiri CKG untuk masyarakat dan anak sekolah,” ujarnya.
Selain itu, terbatasnya jumlah tenaga medis menyebabkan beberapa data pemeriksaan belum ter-input seluruhnya di aplikasi ASIK, sementara aplikasi Rekam Medis Elektronik (RME) belum terhubung langsung dengan sistem CKG, sehingga petugas harus melakukan input data dua kali.
Tidak hanya itu, beberapa alat kesehatan seperti USG dan fotometer di sejumlah puskesmas sedang rusak sehingga tidak dapat digunakan secara optimal dalam pemeriksaan mendalam.
Situasi ini diperparah oleh banyaknya program skrining lain seperti Penyakit Tidak Menular (PTM), Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS), hingga skrining ILP yang membuat pertanyaan dan proses pemeriksaan menjadi berulang-ulang bagi pasien.
Namun, aplikasi pencatatan datanya berbeda sehingga menambah beban kerja petugas.
Mahzar juga menyebutkan kendala lain seperti ketiadaan reagen untuk pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH), Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase (G6PD), dan adrenal, serta rendahnya minat perempuan untuk melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).
“Belum ada pelatihan kepada dokter untuk USG kanker payudara, itu juga salah satu kendala yang kita hadapi dalam pelaksanaan program tersebut,” jelasnya.
Pun demikian, semangat pelayanan tidak pernah surut. Hal ini terlihat dari jumlah angka pelayanan yang terus bertambah.
Petugas tetap turun setiap hari, bahkan tanpa anggaran khusus pada tahun pertama pelaksanaan program.
“Tahun 2026 sudah diusulkan dana untuk puskesmas ke pemerintah pusat, sehingga program tersebut dapat dimaksimalkan tahun depan,” ujar Mahzar.
Ia juga menyebutkan bahwa sebelum CKG diluncurkan secara nasional, Dinas Kesehatan Aceh Utara sebenarnya sudah menjalankan kegiatan promotif dan preventif, tetapi tidak rutin setiap hari seperti sekarang.
Dengan adanya CKG, intensitas pelayanan jauh meningkat dan cakupan masyarakat yang diperiksa menjadi lebih luas.
“Sekarang dengan adanya program cek kesehatan gratis, petugas turun setiap hari ke desa atau tempat umum lainnya supaya target warga yang terlayani dapat tercapai,” katanya.
Warga bisa mendaftar melalui aplikasi Satusehat dengan mengisi data pribadi.
Namun, karena tidak semua warga memiliki keterampilan digital, puskesmas dan petugas lapangan tetap menyediakan alternatif pendaftaran manual.
Bagi masyarakat yang tidak sempat datang ke puskesmas, mereka bisa menghubungi petugas untuk membuka layanan pemeriksaan di lokasi-lokasi ramai seperti meunasah atau sekolah.
“Yang penting warganya mau diperiksa dulu. Pendaftaran bisa kami bantu. Pemeriksaannya yang jauh lebih penting,” ujar seorang bidan yang turut turun ke lapangan.
Upaya Kecil Bermakna Besar
Di balik angka-angka dan kendala teknis, CKG menyimpan banyak kisah kecil yang sangat berarti.
Seorang bapak paruh baya di Kecamatan Nibong ditemukan memiliki tekanan darah sangat tinggi saat mengikuti pemeriksaan.
Ia mengaku sering pusing tetapi menganggapnya biasa.
Petugas segera membawanya ke puskesmas.
“Kalau telat, bisa stroke,” ujar seorang perawat yang menanganinya.
Di sebuah sekolah di Tanah Pasir, petugas menemukan sejumlah siswa mengalami anemia ringan, dan segera berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk pemberian edukasi kesehatan dan suplemen.
Program CKG telah mengubah cara masyarakat Aceh Utara memandang kesehatan.
Jika dulu memeriksa kesehatan hanya dilakukan ketika mengalami sakit, kini kesadaran untuk mengetahui kondisi tubuh lebih dini mulai tumbuh.
Dengan pendekatan langsung, petugas dapat melihat realitas di lapangan secara lebih jelas, memahami kondisi kesehatan masyarakat secara menyeluruh, dan memberikan tindak lanjut yang tepat.
“Kesehatan itu hak semua orang,” tegas Mahzar.
“Dengan program ini, pemerintah ingin memastikan tidak ada lagi warga yang sakit tanpa tahu penyebabnya,” imbuhnya.
Meski program ini masih baru dan terus dibenahi, kehadirannya telah membawa dampak nyata.
Dari meunasah ke meunasah, dari sekolah ke sekolah, petugas kesehatan membawa pesan bahwa pencegahan jauh lebih baik daripada pengobatan.
CKG bukan hanya skrining semata, ia adalah kehadiran negara yang menyapa warganya dengan penuh perhatian, memastikan setiap warga, tanpa terkecuali, mendapatkan kesempatan untuk memeriksa kesehatannya secara gratis dan bermartabat.
Program tersebut juga mendapat respons baik dari masyarakat.
Banyak masyarakat memberikan respons positif dari video yang diunggah petugas di media sosial.(*)
| Hadapi Ancaman Siber, Pemkab Aceh Utara Tingkatkan Kepatuhan & Keamanan Data |
|
|---|
| Garam Rebus Aceh Ternyata Warisan Abad Ke-13, Kini Menyambung Misi Swasembada Garam 2027 |
|
|---|
| Jembatan Penghubung 5 Kecamatan di Aceh Utara Putus Digerus Banjir, TNI dan Warga Lakukan Ini |
|
|---|
| DPKA Gelar Kegiatan Gerakan Aceh Membaca di Aceh Utara, Gemar Membaca Masyarakat Aceh Peringkat 18 |
|
|---|
| Wanita di Aceh Utara Dilecehkan Karyawan BUMN Perkebunan Kelapa Sawit, Pelaku Divonis 35 Cambukan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/petugas-Puskesmas-Kabupaten-Aceh-Utara-sedang-memberikan-pelayanan-cek-kesehatan-gratis.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.