Luar Negeri

PM Prancis Francois Bayrou Mundur Usai Digulingkan Parlemen, Macron dalam Tekanan Cari Pengganti

PM Bayrou telah mengajukan surat pengunduran dirinya kepada Macron pada Selasa (9/9/2025), sehari setelah digulingkan parlemen

Editor: Faisal Zamzami
Facebook Francois Bayrou
PM PRANCIS DIGULINGKAN - Foto diambil dari Facebook Francois Bayrou pada Selasa (9/9/2025), memperlihatkan Francois Bayrou dalam unggahan pada 19 Juni 2023. Pada 8 September 2025, PM Francois Bayrou digulingkan melalui mosi tidak percaya. 

Namun, oposisi menolak proposal penghematan senilai 44 miliar euro dalam anggaran 2026, dengan alasan Perancis segera menghadapi pemilu presiden 2027.

Serangan oposisi

Pemimpin sayap kanan Marine Le Pen menyebut jatuhnya Bayrou sebagai akhir dari “pemerintahan hantu”. Ia kembali mendorong pemilu legislatif dipercepat, meski Macron sejauh ini menolak.

“Macron sekarang berada di garis depan menghadapi rakyat. Dia juga harus pergi,” tulis Jean-Luc Melenchon, pemimpin partai sayap kiri France Unbowed, di X.

Krisis politik yang berkepanjangan dikhawatirkan melemahkan posisi Macron di Eropa, terutama di tengah tekanan Amerika Serikat terkait perdagangan dan keamanan, serta perang yang masih berkecamuk di Ukraina.

Macron memiliki beberapa opsi dalam menunjuk perdana menteri baru, mulai dari kalangan sentris, konservatif, hingga sosialis moderat, bahkan teknokrat.

Namun, skenario apa pun kecil kemungkinan menghasilkan mayoritas stabil di parlemen.

Menteri Keuangan Eric Lombard menegaskan, pembentukan pemerintahan baru hampir pasti akan melemahkan rencana pengurangan defisit.

Meski terus didesak untuk membubarkan parlemen, Macron tetap menolak seruan tersebut baik dari National Rally maupun France Unbowed.

 

Kekacauan politik Prancis
 

Francois Bayrou sebelumnya mengusulkan penghematan anggaran yang menargetkan pemotongan sekitar 44 miliar euro (Rp 849,34 triliun) guna mengendalikan utang negara yang terus menumpuk. Namun, usul tersebut tidak mendapat dukungan yang cukup di parlemen

Kekacauan politik ini turut memicu kekhawatiran di pasar keuangan. Biaya pinjaman Perancis tercatat mengalami kenaikan pada Selasa, bahkan melampaui Italia, negara yang selama ini dikenal memiliki beban utang tinggi di kawasan mata uang euro.

Harian Liberation menyebutkan, "Emmanuel Macron kini berada di garis depan untuk menemukan solusi atas krisis politik."

Sementara Le Monde menulis, “Emmanuel Macron, presiden yang rentan,” dan menambahkan bahwa sang presiden kini berada di bawah tekanan besar untuk menunjuk perdana menteri baru sesegera mungkin.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved