Sosok Teuku Faisal Fathani, Putra Banda Aceh Jadi Kepala BMKG: Penemu Sistem Peringatan Bencana

Prof Teuku Faisal Fathani, putra kelahiran Banda Aceh, 26 Mei 1975, dilantik sebagai Kepala BMKG, menggantikan Dwikorita Karnawati, Senin (3/11/2025).

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
DOK BMKG
Prof Teuku Faisal Fathani, putra kelahiran Banda Aceh, 26 Mei 1975, dilantik sebagai Kepala BMKG pada Senin (3/11/2025). 

Sosok Teuku Faisal Fathani, Putra Banda Aceh Jadi Kepala BMKG: Penemu Sistem Peringatan Bencana

SERAMBINEWS.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kini resmi dipimpin oleh sosok baru yang sarat prestasi dan inovasi. 

Prof Teuku Faisal Fathani, putra kelahiran Banda Aceh, 26 Mei 1975, dilantik sebagai Kepala BMKG di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, pada Senin (3/11/2025).

Pelantikan tersebut menandai berakhirnya masa kepemimpinan Dwikorita Karnawati, yang telah memimpin BMKG sejak 2017. 

Pengangkatan Faisal sebagai Kepala BMKG ditetapkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 163/TPA Tahun 2025 tertanggal 22 Oktober 2025.

“Amanah sebagai Kepala BMKG bukan sekadar jabatan, tetapi juga panggilan untuk menjaga bangsa dari ancaman yang tak kasat mata, mulai dari gempa bumi, tsunami, hingga perubahan iklim yang kian nyata,” ujar Faisal dalam pidato perdananya saat serah terima jabatan.

Teuku Faisal Fathani dikenal luas sebagai pakar geoteknik dan teknologi kebencanaan.

Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi (kanan) melantik Prof. Teuku Faisal Fathani (kiri) sebagai Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Senin (3/11/2025), di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi (kanan) melantik Prof. Teuku Faisal Fathani (kiri) sebagai Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Senin (3/11/2025), di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta. (DOKUMENTASI KEMENHUB)

Baca juga: Profil Prof. Teuku Faisal Fathani, Pakar Geoteknik Asal Aceh Kini Jadi Kepala BMKG, Bawa Visi Baru

Ia merupakan penemu sistem peringatan bencana sedimen Gadjah Mada–Early Warning System (GAMA-EWS), sebuah inovasi kebencanaan berbasis sensor dan Internet of Things (IoT) yang telah mendapatkan lima hak paten.

Teknologi GAMA-EWS kini digunakan di seluruh provinsi di Indonesia serta telah diterapkan di Timor Leste, Myanmar, dan Sri Lanka serta beberapa negara lainnya. 

Sistem ini menjadi salah satu terobosan strategis dalam mitigasi risiko geoteknik dan menjadi bukti nyata bahwa ilmu pengetahuan mampu melindungi kehidupan manusia.

Alat ini terbukti mampu menyelamatkan jiwa manusia dari bencana, seperti bencana di Banjarnegara (2007), Aceh Besar (2015), Donggala (2016), Lombok Barat (2016), Kerinci (2017), Purworejo (2017), Gunungkidul (2017), Sintang (2017), Jambi (2017) dan beberapa lokasi lainnya.

Sebelum dipercaya memimpin BMKG, Teuku Faisal merupakan dosen di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM). 

Ia menempuh pendidikan S1 dan S2 di UGM, serta meraih gelar doktor di bidang geoteknik dari Tokyo University of Agriculture and Technology, Jepang (2005).

Sebagai akademisi dan peneliti, Faisal berperan penting dalam pengembangan sistem deteksi dini longsor yang kini dipasang di berbagai daerah rawan bencana dan bahkan diimplementasikan oleh sejumlah perusahaan tambang di dalam dan luar negeri.

Penetapan Teuku Faisal sebagai Kepala BMKG merupakan hasil seleksi terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Utama (JPTU) yang berlangsung transparan dan akuntabel sejak Agustus 2025. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved