Profil Zainal Abidin Syah, Sultan Tidore Pahlawan Nasional Baru, Gubernur Pertama Papua
Zainal Abidin Syah wafat pada 4 Juli 1967. Jenazahnya sempat dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kapahaha, Ambon
Ringkasan Berita:
- Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Sultan Tidore periode 1947-1967 Zainal Abidin Syah
- Sultan Zainal Abidin Syah Sangaji resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional atas jasanya dalam perjuangan integrasi Papua Barat ke Indonesia.
- Zainal Abidin Syah wafat pada 4 Juli 1967. Jenazahnya sempat dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kapahaha, Ambon
SERAMBINEWS.COM - Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Sultan Tidore periode 1947-1967 Zainal Abidin Syah, Senin, 10 November 2025.
Penganugerahan berlangsung dalam upacara kenegaraan di Istana Negara, Jakarta pada Senin (10/11/2025).
Sultan Zainal Abidin Syah Sangaji resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional atas jasanya dalam perjuangan integrasi Papua Barat ke Indonesia.
Zainal Abidin Syah dikenal bukan hanya sebagai pemimpin adat, tetapi juga sebagai tokoh yang memainkan peranan penting dalam perjuangan diplomasi Indonesia merebut kembali Irian Barat dari tangan Belanda.
Atas jasanya di bidang perjuangan politik dan diplomasi, Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Zainal Abidin Syah.
Nama Zainal Abidin Syah tercatat dalam sejarah sebagai Gubernur Irian Barat pertama yang kini dikenal sebagai Papua.
Irian Barat merupakan pulau yang berada di ujung timur Indonesia sebelum berubah menjadi Provinsi Papua pada 2003.
Zainal Abidin Syah merupakan Gubernur Irian Barat pertama yang menjabat dari tahun 1956 hingga 1961.
Baca juga: Daftar 10 Nama Penerima Gelar Pahlawan Nasional 2025: Ada Soeharto dan Gus Dur
Profil Zainal Abidin Syah
Dilansir dari Wikipedia, Zainal Abidin Syah Sangaji, lahir 5 Agustus 1912 dan wafat 4 Juli 1967.
Zainal Abidin Syah merupakan Sultan Tidore periode 1947-1967, ia mempunyai peranan penting di dalam sejarah perebutan kembali Papua Barat.
Pengangkatan Zainal Abidin Syah sebagai Gubernur Irian Barat pertama karena memanasnya hubungan antara Indonesia dengan Belanda mengenai Irian Barat.
Dalam Sidang Umum PBB pada bulan Desember 1954, masalah Irian Barat tidak berhasil diselesaikan karena Belanda menarik dukungan dari negara-negara barat.
Tindakan tersebut dibalas Pemerintah Indonesia dengan menghapus misi militer Belanda yang bertugas di Indonesia.
Setelah segala upaya damai antara kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan yang sesuai dengan janji Belanda, maka Indonesia terpaksa mengupayakan jalan lain, Pemerintah RI memilih jalan konfrontasi di segala bidang, termasuk perjuangan fisik.
Langkah pertama yang diambil pada tahun 1956 yaitu pada saat kabinet Ali yang ke II segala keputusan KMB dibatalkan sepihak termasuk segi politik, finansial ekonomi dan lain-lain.
KMB di anggap tidak pernah ada jadi Indonesia bebas sama sekali sesuai dengan Proklamasi 1945.
Sebagai tindakan balasan terhadap Belanda yang telah memasukkan Irian Jaya ke dalam Kerajaan Belanda maka pada tanggal 17 Agustus 1956 yaitu pada HUT RI yang ke XI dibentuklah Provinsi Perjuangan Irian Barat dengan Ibu Kota sementara di Soasiu Tidore yang meliputi Irian Barat yang diduduki Belanda, Tidore, Oba, Weda Patani dan Wasifa.
Presiden Soekarno lantas menetapkan Sultan Zainal Abidin Syah sebagai Gubernur sementara Provinsi Perjuangan Irian Barat lewat SK Presiden RI Nomor 142 Tahun 1956 tanggal 23 September 1956 di Soasiu, Tidore.
Dia diangkat dengan pertimbangan bahwa sampai akhir abad ke-19, daerah Irian merupakan bagian dari Kesultanan Tidore.
Sehingga, tidak ada alasan bagi Belanda untuk tidak mengakuinya sebagai wilayah NKRI.
Selanjutnya sesuai SK Presiden RI Nomor 220 Tahun 1961 tanggal 4 Mei 1961, ia ditetapkan sebagai Gubernur tetap Provinsi Irian Barat.
Bagi masyarakat Papua, Zainal Abidin dikenal sebagai tokoh yang memiliki patriotisme dan nasionalisme tinggi.
Dikisahkan pada bulan Februari 1949, Pemerintah Belanda mengundang Sultan Tidore Zainal Abidin Syah untuk berkunjung ke Irian Barat (Manokwari).
Dalam pembicaraan dengan Belanda, Zainal Abidin diajak kerja sama dan bergabung dengan Belanda.
Dia dibujuk untuk menandatangani satu pernyataan yang telah disiapkan oleh Belanda.
Hal itu dimaksudkan untuk menyerahkan Irian Barat ke tangan Pemerintah Belanda.
Belanda menawarkan imbalan akan menjamin kehidupan seluruh anggota kesultanan.
Akan tetapi, Sultan Zainal Abdidin Syah dengan tegas menolak tawaran Belanda tersebut.
Setelah masa jabatannya berakhir pada 1961, dia menetap di Ambon hingga wafat pada 4 Juli 1967.
Sultan Zainal Abidin Syah menetap di Ambon hingga wafat pada tanggal 4 Juli 1967 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kapahaha Ambon.
Pada tanggal 11 Maret 1986, pihak keluarga kesultanan Tidore memindahkan kerangka Sultan Zainal Abidin ke Soa Sio Tidore dan disemayamkan di Sonyine Salaka (Pelataran Emas) Kedaton Kie Soa-Sio Kesultanan Tidore, sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya.
Baca juga: Harga Emas di Banda Aceh Kembali Tembus 7 Juta Lebih per Mayam, Edisi 10 November 2025
Baca juga: Niat Beli Saham YouTube lalu Menggantinya Jadi YouSufe, BNN Diminta Periksa Ustaz Yusuf Mansur
| Daftar 10 Nama Penerima Gelar Pahlawan Nasional 2025: Ada Soeharto dan Gus Dur |
|
|---|
| Alasan di Balik Penetapan Soeharto dan 9 Tokoh Lainnya Jadi Pahlawan Nasional, Penuh Pro dan Kontra |
|
|---|
| Ini 10 Tokoh yang Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 2025, Termasuk Soeharto dan Gus Dur |
|
|---|
| Besok, Presiden Prabowo Umumkan 10 Penerima Gelar Pahlawan Nasional, Termasuk Soeharto |
|
|---|
| 49 Nama Diajukan untuk Gelar Pahlawan Nasional Diterima Presiden Prabowo, Ada Marsinah dan Soeharto |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Pahlawan-nasional-kepada-Sultan-Tidore-periode-1947-1967-Zainal-Abidin-Syah.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.