Kupi Beungoh
Tazkirah Menyongsong Muktamar PPP: Uang Bukan Segalanya, Politik Adalah Amanah
Wahai para kader Kakbah di seluruh Indonesia, Muktamar X ini bukan sekadar agenda rutin, tapi ini adalah titik balik bagi para pencinta Kakbah.
Oleh: Ghazali Abbas Adan*)
DALAM dinamika politik Indonesia, kita menyaksikan bahwa tidak sedikit partai yang dipimpin oleh tokoh-tokoh dengan kekuatan finansial luar biasa.
Namun, kenyataannya, kekayaan tidak serta-merta menjamin eksistensi dan pengaruh politik.
Beberapa partai tetap berada di pinggiran, bahkan gagal mengirim wakil ke Senayan dalam beberapa pemilu terakhir.
Fakta ini menjadi pengingat penting: bahwa uang bukanlah penentu utama dalam membangun kepercayaan publik.
Ketika suara partai tidak terdengar dalam isu-isu yang menyentuh kehidupan rakyat--seperti ekonomi, keadilan, HAM, dan kebudayaan-- maka wajar jika masyarakat bersikap dingin dan menjauh.
Bagi PPP, pelajaran ini sangat relevan.
Jika para pemimpin partai tidak menunjukkan keberpihakan yang jelas terhadap aspirasi umat dan rakyat, maka keberadaan partai akan kehilangan makna.
Saya memandang, berdasarkan rekam jejak kepemimpinan saat ini, bahwa suara ideologis PPP sebagai partai Islam belum teraktualisasi secara nyata.
Isu-isu penting seperti pendangkalan akidah, politik identitas, dan pemisahan nilai-nilai Islam dari ruang publik belum mendapat respons yang tegas dan terang.
Kepemimpinan yang lemah dalam menyuarakan nilai-nilai perjuangan Islam, baik karena minimnya keberanian maupun keterbatasan pemahaman, tentu menjadi tantangan besar.
Apalagi jika figur tersebut tidak menunjukkan kapasitas yang memadai dalam hal pendidikan, pemahaman agama, dan komitmen terhadap prinsip perjuangan partai.
Menyongsong muktamar PPP yang akan digelar pada 27-29 September 2025, kembali ana ingatkan (tazkirah) kepada umat PPP, wabilkhusus kepada almukarramin walmuhtaramin para peserta muktamar, muktamirun, mari kita gunakan momentum ini untuk berpikir jernih, mendengar suara hati, dan mengikuti petunjuk para ulama dalam menentukan arah kepemimpinan partai ke depan.
Jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang sama karena memilih sosok yang terbukti gagal membawa PPP lolos ambang batas parlemen pada Pemilu 2024.
Kegagalan ini bukan semata soal elektabilitas, tapi cerminan dari cara partai dikelola: tanpa arah ideologis, tanpa semangat perjuangan, dan jauh dari nilai-nilai Islam yang menjadi fondasi PPP.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.