Breaking News

Kupi Beungoh

Tazkirah Menyongsong Muktamar PPP: Uang Bukan Segalanya, Politik Adalah Amanah

Wahai para kader Kakbah di seluruh Indonesia, Muktamar X ini bukan sekadar agenda rutin, tapi ini adalah titik balik bagi para pencinta Kakbah.

Editor: Zaenal
SERAMBI/M NAZAR
Anggota DPD RI, Ghazali Abbas Adan, Selasa (01/08/2017). 

Oleh: Ghazali Abbas Adan*)

DALAM dinamika politik Indonesia, kita menyaksikan bahwa tidak sedikit partai yang dipimpin oleh tokoh-tokoh dengan kekuatan finansial luar biasa. 

Namun, kenyataannya, kekayaan tidak serta-merta menjamin eksistensi dan pengaruh politik. 

Beberapa partai tetap berada di pinggiran, bahkan gagal mengirim wakil ke Senayan dalam beberapa pemilu terakhir.

Fakta ini menjadi pengingat penting: bahwa uang bukanlah penentu utama dalam membangun kepercayaan publik. 

Ketika suara partai tidak terdengar dalam isu-isu yang menyentuh kehidupan rakyat--seperti ekonomi, keadilan, HAM, dan kebudayaan-- maka wajar jika masyarakat bersikap dingin dan menjauh.

Bagi PPP, pelajaran ini sangat relevan. 

Jika para pemimpin partai tidak menunjukkan keberpihakan yang jelas terhadap aspirasi umat dan rakyat, maka keberadaan partai akan kehilangan makna. 

Saya memandang, berdasarkan rekam jejak kepemimpinan saat ini, bahwa suara ideologis PPP sebagai partai Islam belum teraktualisasi secara nyata.

Isu-isu penting seperti pendangkalan akidah, politik identitas, dan pemisahan nilai-nilai Islam dari ruang publik belum mendapat respons yang tegas dan terang.

Kepemimpinan yang lemah dalam menyuarakan nilai-nilai perjuangan Islam, baik karena minimnya keberanian maupun keterbatasan pemahaman, tentu menjadi tantangan besar. 

Apalagi jika figur tersebut tidak menunjukkan kapasitas yang memadai dalam hal pendidikan, pemahaman agama, dan komitmen terhadap prinsip perjuangan partai.

Menyongsong muktamar PPP yang akan digelar pada 27-29 September 2025, kembali ana ingatkan (tazkirah) kepada umat PPP, wabilkhusus kepada almukarramin walmuhtaramin para peserta muktamar, muktamirun, mari kita gunakan momentum ini untuk berpikir jernih, mendengar suara hati, dan mengikuti petunjuk para ulama dalam menentukan arah kepemimpinan partai ke depan.

Jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang sama karena memilih sosok yang terbukti gagal membawa PPP lolos ambang batas parlemen pada Pemilu 2024. 

Kegagalan ini bukan semata soal elektabilitas, tapi cerminan dari cara partai dikelola: tanpa arah ideologis, tanpa semangat perjuangan, dan jauh dari nilai-nilai Islam yang menjadi fondasi PPP.

Selama beberapa tahun terakhir, PPP terseret dalam praktik politik yang sekular, pragmatis, oportunis, bahkan hedonistis. Akibatnya, partai yang dulu dibanggakan sebagai rumah besar umat Islam kini mulai ditinggalkan, tenggelam dari panggung utama politik nasional.

Jika figur yang sama tetap dipertahankan sebagai pemimpin DPP PPP, maka kekhawatiran kita bukan lagi soal elektabilitas, tapi soal eksistensi. 

PPP bisa benar-benar hilang dari ingatan umat, kehilangan ruh perjuangannya, dan gagal menjalankan peran strategisnya sebagai penyambung aspirasi rakyat dan penjaga nilai-nilai Islam dalam politik.

Baca juga: Jelang Muktamar X PPP, Forum Munas dan Silatnas Keluarkan Pernyataan Sikap dan Rekomendasi

Titik balik Partai Kakbah

Wahai para kader Kakbah di seluruh Indonesia, Muktamar X ini bukan sekadar agenda rutin, tapi ini adalah titik balik bagi para pencinta Kakbah. 

Mari kita pilih pemimpin yang punya keberanian, keilmuan, dan komitmen untuk menghidupkan kembali semangat amar ma’ruf nahi munkar. 

Agar PPP kembali eksis, dipercaya, dan mampu memperjuangkan Indonesia yang damai, adil, dan berakhlak mulia.

Jika PPP terus dikelola secara pragmatis dan jauh dari nilai-nilai ideologisnya, maka bukan tidak mungkin partai ini akan semakin terpinggirkan dari hati umat.

PPP adalah warisan para ulama, simbol perjuangan Islam dalam politik nasional. 

Maka, sudah sepatutnya partai ini dipimpin oleh sosok yang mampu menghidupkan semangat amar ma’ruf nahi munkar, menyuarakan keadilan, dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat dalam bingkai nilai-nilai Islam. 

Hanya dengan itu, PPP dapat kembali menjadi rumah besar umat Islam yang aktif, relevan, dan dipercaya.

Semoga muktamar kali ini menjadi momentum kebangkitan, bukan sekadar rutinitas politik. 

Mari kita jaga marwah partai, demi Indonesia yang damai, adil, dan berakhlak mulia—baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.

*) PENULIS adalah Abang Jakarta 1979; Politisi Senior PPP; Mantan Anggota Parlemen, DPR/DPD/MPR-RI.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved