Kupi Beungoh

Prof Siddiq Armia: Alumni Dayah Darussa’adah Aceh yang Masuk Top 2 Persen Scientist Worldwide 2025

Dalam dunia akademik, nama Prof. Muhammad Siddiq Armia, M.H., Ph.D. bukanlah nama yang asing.

Editor: Amirullah
For Serambinews.com
Prof Siddiq Armia: Alumni Dayah Darussa’adah Aceh yang Masuk Top 2% Scientist Worldwide 2025 

Prof. Siddiq dikenal senang menulis sejak duduk di bangku S1. Minat menulis ini terus dikembangkan ketika melanjutkan jenjang S2 dan S3, dan kini menjadi gampang menulis di berbagai jurnal internasional.

Buku pertamanya berjudul “Perkembangan Pemikiran Teori Ilmu Hukum” diterbitkan Pradnya Paramita, Jakarta (2008).

Sejak S2, ia aktif menulis jurnal akademik, meskipun pada awalnya belum terakreditasi Sinta, namun tetap mendapatkan pengakuan dari komunitas akademik.

“Menulis dan mengedit (menjadi editor) itu dua proses berbeda. Ketika menulis, tulis saja semua yang ada di pikiran, baru kemudian diedit,” jelasnya.

Salah satu tulisannya yang banyak dirujuk adalah Penentuan Metode dan Pendekatan Penelitian Hukum, terbit 2022 oleh Lembaga Kajian Konstitusi Indonesia (LKKI), dengan 374 kutipan.

Bagi Prof Siddiq, publikasi bukan hanya untuk reputasi pribadi, tapi juga untuk memberi manfaat bagi komunitas ilmiah yang lebih luas.

Disiplin dan Manajemen Waktu

Rahasia produktivitas Prof Siddiq terletak pada manajemen waktu yang disiplin. Dalam satu hari 24 jam, Siddiq membagi waktu menjadi tiga bagian: Delapan jam bekerja, delapan jam untuk keluarga, dan delapan jam untuk menulis.

“Kalau tidak disiplin, jam keluarga, kerja, dan menulis akan bercampur dan kualitas semuanya terganggu,” ujarnya.

Selain itu, ia menekankan pentingnya istiqamah (konsisten), fokus pada satu hal tanpa tergoda zig-zag.

Bagi mahasiswa dan generasi muda, Siddiq menyarankan agar tidak hanya mengandalkan IPK tinggi, tetapi juga membangun relasi, kolaborasi, dan personal branding. Siddiq menyarankan mahasiswa agar berani menulis di media, jurnal hingga buku.

“Apa yang kita hafal sekarang bisa digantikan AI. Tapi kemampuan berkolaborasi, membangun jaringan, dan konsistensi, itu manusia yang menentukan,” jelasnya.

Tantangan dan Inspirasi

Tantangan terbesar menurut Prof. Siddiq datang dari diri sendiri: Rasa bosan, prokrastinasi, atau istilah modern “workasination.”

Ia mengakui bahwa mengelola diri sendiri seringkali lebih sulit daripada menguasai materi akademik. Namun, bagi mereka yang fokus dan konsisten, tantangan itu justru menjadi bahan pembelajaran dan penguatan karakter.

Prof Siddiq juga menekankan pentingnya menjadi pribadi tangguh. Ia memberi pesan khusus bagi kaum perempuan muda: “Jadilah perempuan tangguh, jangan gampang insecure.”

Pesan di atas bukan hanya tentang percaya diri, tapi juga tentang kesiapan menghadapi persaingan global, khususnya dalam dunia akademik dan profesional. 

Jejak Internasional & Pengakuan Global

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved