Jurnalisme Warga
Saat Guru dan Siswa Belajar Tulis Opini dan Feature
Fakta kasatmata, hampir setiap hari di warung kopi dan tempat-tempat umum lainnya, kaum intelek Generasi Z Aceh merasa lebih nyaman
Ia juga menjelaskan bagaimana opini sering kali bercampur dengan fakta di media sosial, bahkan di media cetak ataupun online. Maka, di situlah pentingnya masyarakat, khususnya guru dan siswa, memiliki kecakapan literasi yang kuat. Paling tidak, tahu membedakan mana kalimat fakta, mana pula kalimat opini.
"Opini adalah pendapat atau pandangan pribadi, sedangkan jurnalisme warga adalah laporan dari warga masyarakat tentang sebuah peristiwa atau objek tertentu. Tentang apa yang dilihat, didengar, dialami, atau yang dilakukan. Keduanya harus dipahami agar kita tidak terjebak mencampuradukkan jurnalisme warga yang pada prinsipnya adalah laporan pandangan mata atas fakta dengan artikel opini yang sifatnya subjektif," papar Yarmen.
Feature pun, lanjut Yarmen, meski ditulis dengan gaya sastrawi, berbunga-bunga atau bersayap-sayap, ia tetap merupakan reportase tentang fakta atau kejadian unik. Khususnya kejadian yang mengandung ‘human interest story’ (HIS), karena itu pula feature disebut sebagai karangan khas. “Dan feature itu bukanlah cerita fiksi, melainkan murni karya jurnalistik yang bersandar pada fakta. Cuma, peristiwanya unik dan menarik, bahkan terkadang mengandung misteri,” ujar Yarmen.
Selain itu, beliau juga mengingatkan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam setiap karya tulis, tak terkcuali karya jurnalistik.
Menurutnya, bahasa adalah jendela pikiran. Jika bahasa digunakan dengan tepat, maka gagasan yang disampaikan akan lebih jelas dan bernilai. Sebaliknya, kesalahan dalam ejaan, diksi, atau penalaran bisa menimbulkan makna yang berbeda, bahkan salah kaprah.
Dengan gaya penyampaian yang interaktif, Yarmen mengajak siswa untuk memperbaiki kalimat yang salah tulis, lalu membandingkannya dengan bentuk yang benar. Para siswa tampak bersemangat menjawab, bahkan beberapa guru ikut serta, sehingga suasana aula menjadi hidup dan penuh gelak tawa.
Kehadiran narasumber dan kepala sekolah memberi motivasi kuat menjadikan acara ini begitu bermakna. Guru dan siswa duduk berbaur tanpa sekat, menandakan bahwa literasi adalah tanggung jawab bersama. Dari wajah-wajah yang hadir terlihat jelas semangat untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
Salah seorang guru, Ibu Dahliani MM, ketika diminta menyampaikan kesan dan pesan, mengaku sangat terkesan dengan kegiatan ini.
"Acara seperti ini sangat penting, bukan hanya untuk menambah wawasan guru, tetapi juga untuk membangun budaya literasi di kalangan siswa. Saya melihat anak-anak kita begitu antusias. Ini tanda bahwa literasi sudah mulai tumbuh sebagai budaya. Harapan saya, kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini, melainkan berlanjut dalam bentuk nyata di kelas maupun kegiatan ekstrakurikuler," ujarnya penuh semangat.
Dari keseluruhan rangkaian acara, ada satu benang merah yang bisa ditarik: literasi adalah jalan menuju peradaban maju. Bagi guru, literasi memperkaya cara mengajar, memperluas wawasan, serta membantu mereka menyampaikan materi pelajaran dengan lebih menarik. Bagi siswa, literasi menjadi bekal untuk berpikir kritis, menulis kreatif, dan berani menyampaikan pendapat.
Kegiatan ini bukan sekadar acara seremonial, melainkan juga menjadi titik awal bagi SMKN 1 Jeunieb untuk meneguhkan komitmennya sebagai sekolah berbasis literasi. Kepala sekolah menegaskan bahwa ke depan, program-program literasi akan terus digalakkan, baik dalam bentuk 'reading corner', diskusi rutin, maupun lomba penulisan karya tulis ilmiah dan opini.
Penutup
Menjelang penutupan acara, suasana di Seulanga Meeting Room masih terasa hangat. Para peserta enggan beranjak, seakan masih haus akan ilmu dan inspirasi. Kepala sekolah kembali menyampaikan pesan singkat yang penuh makna, "Jangan pernah berhenti belajar karena literasi adalah jembatan menuju masa depan. Baik guru maupun siswa punya tanggung jawab untuk terus membaca, menulis, berpikir kritis, dan menyebarkan pengetahuan. Hanya dengan cara itu, kita bisa membangun generasi Jeunieb yang cerdas, berkarakter, dan siap bersaing di masa depan."
Peningkatan kompetensi literasi di SMKN 1 Jeunieb ini telah menegaskan satu hal penting: bahwa literasi adalah hak sekaligus kewajiban setiap insan. Dengan semangat literasi tanpa batas generasi, maka cita-cita mencetak generasi emas Indonesia akan semakin dekat dengan kenyataan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.