Mihrab

Meneladani Nabi dalam Seni Berturur Kata, Tgk Burhanuddin: Kalau Umat Tidak Mampu, Lebih Baik Diam

Tgk Burhanuddin menekankan pentingnya memperkuat kualitas berbicara, baik bagi orang tua, guru, dosen, maupun tokoh masyarakat.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
YouTube Serambinews
Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Tgk Burhanuddin 

Hadis ini terdapat pesan mendalam yang memiliki keterkaitan denga aspek keimanan dengan isi yang dibicarakan. 

Menurut Penguasuh Mata Kuliah Umum (MKU) Pendidikan Agama Universitas Syiah Kuala (USK) ini, lisan merupakan bagian vital yang jika salah digunakan lebih berbahaya daripada pedang.

“Maka Nabi mengingatkan untuk menggunakannya dengan baik, jika tidak mampu menggunakannya dengan baik, maka pilihannya lebih baik diam,” ujarnya.

Kedua, lanjut Tgk Burhanuddin, kata yang baik mestilah disampaikan dengan pilihan cara dan tempat yang baik pula serta memiliki tujuan yang baik.

Betapa banyak kekeliruan terjadi, ketika seseorang berbicara dengan kata baik, tujuan yang baik, namun disalahpahami karean cara dan tempat  berbicara yang kurang tepat, atau bahkan salah cara dan tempat penyampainnya. 

“Sehingga maksud dari sesuatu pembicaraan mengalami bias dan menyimpang. Faktor-faktor tersebut terjadi karena perbedaan lahjah, emosi, budaya dan pengetahuan lawan bicaranya,"

"Dalam konteks ini, dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa nabi bersabad “khatibunnas ‘ala qadri ‘uqulihim’ (berbicaralah kepada manusia sesuai dengan qadar ilmunya”,” ujarnya.

Ketiga, sambung Tgk Burhanuddin, memperhatikan dan mempertimbangkan aspek kesantunan, etika, moral dan akhlak, yaitu ketika berbicara dengan orang tua, anak-anak dan pejabat.

Hal yang paling disadari adalah anak-anak akan meniru pembicaraan orang tuanya. 

Maka untuk membentuk ekulibrum komunikasi yang baik mestilah dimulai dari orang tua dalam berbicara dengan penuh kelembutan, ketenangan dan keramahtamahan.

“Karena itu anak-anak akan mendapatkan teladan bagi mereka tentang nilai-nilai yang baik dan beretika dalam berbicara. Dimana banyak anak belajar dari orang yang lebih tua dari mereka,” imbuh Guru Pendidikan Informatika dan Komunikasi di SMAN 16 Kota Banda Aceh ini.

Lalu keempat, berbicaralah dengan penuh kejiwaan, tentunya akan mempengruhi jiwa dan pesan yang mendalam kepada lawan bicaranya.

Banyak riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah SAW berbicara dengan penuh kelembutan, namun juga bisa bersikap tegas, hingga selalu mendahulukan salam.

“Nabi tidak pernah berteriak di keramaian, beliau memaafkan mereka yang berbuat buruk kepadanya,"

"Semoga kita dapat meneladani pesan-pesan yang telah sebutkan tersebut, semoga kualitas pembicaraan generasi kita dimasa depan lebih baik,” pungkasnya. (ar)

Baca dan Ikuti Berita Serambinews.com di GOOGLE NEWS 

Bergabunglah Bersama Kami di Saluran WhatsApp SERAMBINEWS.COM 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved