VIDEO SAKSI KATA - Skrining Genetik Pranikah Putus Rantai Thalasemia

SERAMBINEWS.COM - Kepala Instalasi Sentral, dr Heru Noviat Herdata, mengatakan, ZA sendiri saat ini menjadi pusat rujukan utama penanganan thalassemia di Provinsi Aceh, mengingat tingginya angka kasus di wilayah ini.

Saat ini, RSUDZA menangani 760 pasien thalassemia aktif, menjadikannya rumah sakit dengan beban kasus tertinggi di provinsi ini.

Hal ini menuntut strategi pelayanan yang berkelanjutan, terintegrasi, dan berbasis bukti.

Saat ini, ruang transfusi dengan kapasitas hingga 20 pasien per hari, dilengkapi tempat tidur transfusi, monitoring vital sign, dan fasilitas pendukung Rumah sakit lain di Aceh yang melayani pasien thalasemia seperti di Langsa, Bireuen, Lhokseumawe dan Sigli.

Para rumah sakit daerah lainnya juga diharapkan dapat melayani pasien thalasemia.

Hal itu dapat terjadi lantaran di Aceh, belum melaksanakan proses upaya pencegahan.

Sebab, untuk memutus mata rantai kasus thalasemia ini hanya dengan melakukan pencegahan, seperti skrining pranikah.

Seorang anak dapat dikatakan mengidap gejala thalasemia itu di umur 0-2 tahun.

Terdapat gejala pucat, gangguan pertumbuhan yang menjadi ciri khas anak yang mengidap thalasemia.  

Aceh berdasarkan survei rumah tangga prevalency pembawa sifat thalasemia paling tinggi sedunia.

Pembawa sifat (orang tua) thalasemia di Aceh terbilang cukup tinggi. Sehingga perlu usaha pencegahan jangka panjang oleh pemerintah.

Sebab, thalassemia sendiri merupakan penyakit yang diturunkan oleh kedua orang tua.

Dimana ayah dan ibu, sama-sama pembawa sifat (gejala genetic) thalasemia.

Padahal, usaha pencegahan agar anak tidak menderita thalasemia terbilang cukup mudah. Dimana calon pasangan yang sama-sama pembawa sifat itu tidak menikah. (*)

Editor: Aldi Rani
VO: Siti Masyithah

Baca juga: Mencegah Thalassemia dengan Skrining Pranikah

Baca juga: Aceh Tertinggi secara Nasional Kasus Thalassemia

Baca juga: Dibalik Senyum Anak-anak Thalassemia dan Darah yang tak Pernah Cukup