Opini

Cacat Bawaan Akibat ‘Rubella’

PENYAKIT rubella atau yang lebih dikenal dalam masyarakat sebagai campak Jerman atau campak 3 hari, disebabkan

Editor: bakri

Oleh Indra Zachreini

PENYAKIT rubella atau yang lebih dikenal dalam masyarakat sebagai campak Jerman atau campak 3 hari, disebabkan oleh virus rubella yang termasuk dalam kategori kelompok TORCH (toksoplasma, rubella, sitomegalo virus, dan herpes simpleks). Virus ini dapat menyebabkan kumpulan kelainan bawaan yang disebabkan rubella (congenital rubella syndrome), bahkan kematian dalam kandungan.

Kumpulan kelainan bawaan akibat rubella yang paling sering berupa kelainan pada telinga, yaitu gangguan pendengaran mulai dari ringan sampai berat. Kelainan sistem saraf pusat yaitu pengecilan ukuran kepala (mikrochepaly), retardasi mental atau radang selaput otak. Kelainan pada organ jantung, yaitu patensi duktus arteriosus dan kelainan pada katup bilik jantung. Kelainan pada mata berupa katarak pada bayi, kelainan bentuk dan fungsi mata, mata juling, bola mata kecil serta glaukoma. Dan, gangguan pembentukan organ tubuh lain seperti limpa dan paru-paru. Bila kelainan tunggal yang paling sering adalah gangguan pendengaran.

Angka kekerapan kumpulan kelainan bawaan ini menurut data WHO pada 2012 lalu di Asia Tenggara berjumlah lebih kurang 6.500 jiwa, dan di negara berkembang berjumlah lebih kurang 236 ribu bayi pertahun. Di Indonesia menurut data Riskesdas pada 2011, didapati kekerapan kelainan bawaan ini sebanyak lebih dari 400 kasus rubella.

Virus rubella sebenarnya tidak berbahaya bagi kesehatan ibu hamil, namun sangat berbahaya bagi pertumbuhan dan kehidupan janin dalam kandungan. Bila virus ini menginfeksi ibu hamil pada trisemester pertama, maka risiko janin tertular 80-90%. Namun bila kehamilannya sudah makin besar seperti pada kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin tertular tinggal 10-20%.

Virus ‘rubella’
Infeksi rubella dapat ditularkan melalui udara atau percikan ludah pengidap virus rubella, melalui kontak langsung atau melalui keringat penderita. Bila seorang wanita telah pernah terinfeksi virus rubella, maka ketika hamil sudah memiliki kekebalan terhadap virus rubella. Kekebalan ini akan masuk ke tubuh janin, sehingga janin kebal terhadap virus ini sampai berusia satu tahun.

Gejala yang timbul akibat infeksi virus rubella sering tidak spesifik, bahkan tanpa gejala. Gejala yang sering dialami berupa demam ringan (37,50 C), pusing, pilek ringan, mata merah dan nyeri persendian yang sering diabaikan penderita. Kadangkala gejala tersebut tidak timbul walau masa inkubasinya sudah terlewati (14-21 hari).

Ibu hamil dapat diketahui terinfeksi rubella bila dijumpai ruam-ruam kulit, terutama di wajah, lengan, dan kulit kepala yang mirip campak biasa, sehingga masyarakat awam sering menyebutnya campak Jerman. Ruam-ruam kemerahan di kulit hanya berlangsung selama 2-3 hari saja (sehingga sering disebut campak 3 hari) dan disertai pembesaran kelenjar getah bening leher bagian belakang disertai rasa kaku dan nyeri persendian.

Diagnosis pasti penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan antibodi rubella dari sampel air liur atau darah. Bila dijumpai antibodi imunoglobulin M berarti sedang mengidap rubella dan sebaiknya menunda kehamilan sampai tidak dijumpai immunoglobulin M (sekitar 3-6 bulan). Namun bila dijumpai immunoglobulin G berarti wanita tersebut sudah pernah terinfeksi virus rubella atau sudah melakukan vaksinasi, sehingga kehamilannya aman dari kelainan bawaan rubella.

Ibu hamil yang sudah di diagnosis terinfeksi virus rubella, tidak ada tindakan khusus yang bisa dikerjakan mengingat penyakit ini dapat sembuh sendiri dengan meningkatnya respons imun tubuh. Namun untuk janinnya, perlu pemeriksaan rinci baik pemeriksaan USG maupun pemeriksaan analisa cairan ketuban untuk mendeteksi kelainan pada janin.

Untuk mendeteksi gangguan pendengaran pada bayi, dapat dilakukan pemeriksaan OAE (oto acoustic emission), di mana alat ini sudah tersedia di RSU Zainoel Abidin Banda Aceh dan RSU Cut Meutia Aceh Utara. Pada bayi berusia 2 hari dapat dideteksi apakah mengalami gangguan pendengaran yang dikonfirmasi ulang setelah berusia 3 bulan dan dikonfirmasi melalui pemeriksaan AABR (automated audiometry brainstem response). Intervensi dini terhadap bayi yang mengalami gangguan pendengaran, baik dengan alat bantu dengar maupun penanaman koklea (cochlear implant) akan menghasilkan pendengaran yang baik dan anak bisa setara dengan anak normal lainnya dan masa depannya sama seperti anak normal.

Vaksinasi ‘rubella’
Mengingat dampak kecacatan yang ditimbulkan oleh infeksi virus rubella pada janin dan tingginya angka kekerapan kelainan bawaan akibat infeksi virus rubella, pemerintah mencanangkan program vaksinasi rubella dalam bentuk vaksinasi MR (measles-rubella). Vaksinasi ini akan menjadi imunisasi dasar tambahan yang dilaksanakan mulai Agustus 2017 untuk pulau Jawa dan pada 2018 untuk di luar pulau Jawa, namun program vaksinasi ini hanya mencakup usia 9 bulan sampai 15 tahun.

Untuk wanita usia subur (WUS) terutama yang berencana hamil, dianjurkan melakukan vaksinasi rubella secara mandiri dalam bentuk vaksin kombinasi MMR (mump-measles-rubella) untuk mencegah penyakit campak, gondongan dan rubella. Vaksinasi MMR dapat diberikan kapan saja, tapi umumnya diberikan pada saat usia 15 bulan dan diulangi saat usia 4-6 tahun.

Vaksinasi ini sangat efektif terutama bagi ibu yang akan hamil khususnya pada wanita yang belum memiliki kekebalan terhadap virus rubella, di mana 90% dapat mencegah kelainan bawaan yang disebabkan infeksi virus rubella. Wanita yang sudah melakukan vaksinasi rubella harus menunggu minimal 4 minggu untuk hamil. Wanita hamil tidak boleh melakukan vaksinasi rubella mengingat vaksin MMR dibuat dari virus yang dilemahkan.

* Dr. dr. Indra Zachreini, Sp.THT-KL(K)., Kordinator Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGPKT) wilayah Sumatera, dan pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Ahli THT-KL (Perhati-KL). Email: indrazachreini@yahoo.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved