Jurnalisme Warga

Teluk Samawi Dalam Pandangan Pelaut Tiongkok Abad 13

Ombak di pesisir Lhokseumawe sore itu berdebur pelan, seperti membawa kembali cerita dari delapan abad silam.

Editor: mufti
SERAMBINEWS.COM /Handover
FARHAN ZUHRI, S.Hum., M.Pd., Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kota Lhokseumawe, melaporkan dari Lhokseumawe 

FARHAN ZUHRI, S.Hum., M.Pd., Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kota Lhokseumawe, melaporkan dari Lhokseumawe

Ombak di pesisir Lhokseumawe sore itu berdebur pelan, seperti membawa kembali cerita dari delapan abad silam. Nama Teluk Samawi, yang pernah menjadi pintu rempah dunia, kembali hidup dalam Seminar Sejarah Kota Lhokseumawe yang diselenggarakan Majelis Adat Aceh (MAA) pada 14–15 Oktober 2025.

Forum ini tidak hanya membahas masa lalu, tetapi juga menjadi bagian dari upaya menggali akar sejarah untuk menetapkan Hari Jadi Kota Lhokseumawe berdasarkan sumber-sumber autentik dan catatan pelaut kuno.

Kegiatan ini dibuka  dan ditutup secara resmi oleh Wali Kota Lhokseumawe, Dr Sayuti Abubakar SH, MH, bertemakan “Bandar Lhokseumawe Dalam Perspektif Pemerintahan dan Sejarah” yang digelar di Aula Kantor Wali Kota Lhokseumawe.

Dalam kegiatan tersebut diundang lima narasumber berkompeten, yakni Hermansyah MTh, MHum (filolog dari UIN Ar-Raniry), Farhan Zuhri SHum, MPd (Anggota Komisi A DPRK Lhokseumawe), Dr Saifuddin Dhuhri (akademisi UIN Sultanah Nahrasiah), HM Rizal SH (pemangku adat Kota Lhokseumawe), dan Ketua MAA sendiri yang turut memaparkan aspek adat dan pemerintahan dalam sejarah perkembangan Lhokseumawe.

Dalam seminar itu, selaku satu pemateri, saya membawakan materi berjudul “Teluk Samawi sebagai Pelabuhan Jalur Rempah Dunia dan Bandar Utama Samudera Pasai Dalam Catatan Sejarah Masa Silam”.

Materi ini mengangkat kembali nama Teluk Samawi, pelabuhan yang disebut-sebut dalam catatan pelaut Tiongkok abad 13 bernama Chu Zu Kua, yang dikenal luas melalui karyanya “Chu-fan-chi” atau “Catatan tentang Negeri-Negeri Asing.”

Chu Zu Kua, (1170–1228) adalah seorang pejabat pemeriksa pabean Dinasti Song di  Pelabuhan Quanzhou, Tiongkok. Ia menulis karya tersebut sekitar tahun 1225 Masehi. Buku “Chu-fan-chi” menjadi salah satu sumber primer terpenting untuk memahami jalur perdagangan Asia pada abad 12 dan 13. Di dalamnya, Chu Zu Kua mencatat pelabuhan-pelabuhan besar dari Arab hingga kepulauan Asia Tenggara, termasuk wilayah yang kini menjadi Aceh.

Ia menyebut nama Su-mu-ta-la, yang diidentifikasi sebagai Samudera Pasai, dan di bagian baratnya terdapat Ching-mai, tempat para pedagang asing sering berlabuh.

Dalam edisi terjemahan yang diterbitkan oleh Friedrich Hirth dan W.W. Rockhill (1911), disebutkan bahwa Ching-mai kemungkinan besar merupakan sebuah teluk atau pelabuhan di sekitar Samudra, mungkin di pantai utara Sumatra. Catatan ini sejalan dengan gambaran masyarakat pesisir Aceh yang telah lama hidup berdampingan dengan perdagangan internasional.

Dari sinilah muncul dugaan kuat bahwa Ching-mai yang dimaksud oleh Chu Zu Kua adalah Teluk Samawi, pelabuhan tua yang kemudian menjadi bagian penting dari sejarah Lhokseumawe.

Meskipun teks aslinya tidak memuat deskripsi panjang, para peneliti modern menafsirkan bahwa wilayah ini dikenal karena perdagangan lada, damar, dan hasil hutan.

Dalam catatan kolonial Von Schmidt (1887), kawasan Teluk Samawi bahkan disebut sebagai pelabuhan terbaik di pantai utara Aceh. Hal itu diperkuat oleh penelitian Kevonian dan Tolson yang menyebutkan bahwa teluk ini menjadi simpul penting jalur rempah dunia, menghubungkan kapal-kapal dari Gujarat, Arab, dan Tiongkok.

Teluk Samawi tidak hanya pelabuhan dagang, tetapi juga titik temu peradaban. Di sinilah para saudagar dari berbagai bangsa bertukar barang dan pengetahuan, serta membawa ajaran Islam yang kemudian berkembang di pesisir utara Sumatra.

Laut menjadi jembatan budaya yang menghubungkan masyarakat Aceh dengan dunia luar. Dalam pandangan Chu Zu Kua, Samudra Pasai dan pelabuhan-pelabuhan di sekitarnya adalah wilayah yang ramai, makmur, dan terbuka terhadap hubungan antarbangsa.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved