Kupi Beungoh
Tiga Bulan Peringatan Maulid Nabi, Sudahkah Jadi Cerminan?
Masyarakat Aceh memperingati maulid Nabi dengan waktu yang sangat lama dibandingkan provinsi-provinsi lain yang ada di Indonesia.
Oleh: Ridia Armis
Memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW atau biasa dikenal dengan Maulid Nabi, sudah menjadi tradisi di masyarakat yang menganut agama Islam.
Di Provinsi Aceh, khususnya masyarakat sangat antusias dalam memperingati hari lahir Rasulullah SAW.
Antusias tersebut dapat dilihat dari lamanya masyarakat Aceh memperingati maulid, mulai dari bulan Rabiul Awal yang disebut Maulod Awai dalam bahasa Aceh, Rabiul Akhir disebut Maulod Teungoh, dan Jumadil Awal disebut Maulod Akhe.
Di masyarakat Aceh memperingati maulid dilaksanakan di semua lini masyarakat, mulai dari desa ke desa, sekolah ke sekolah, lembaga pemerintahan, akademisi, organisasi-organisasi, komunitas dan lain sebagainya.
Bahkan selama tiga bulan tersebut setiap minggunya masyarakat dipenuhi dengan undangan maulid.
Selain kenduri atau makan bersama, juga diadakannya zikir dan ceramah tentang kisah serta tauladan Rasulullah.
(Baca: Yarusalem, Salib, dan Maulid)
Jadinya, dalam kurun waktu tiga bulan setiap tahunnya, masyarakat Aceh mendapat kesempatan untuk mengkaji dan meneladani sifat-sifat Rasulullah.
Maka, sudah sepatutnya maulid Nabi dapat menjadikan umat muslim di Aceh, menjadi muslim dengan kepribadian yang baik. Karena Rasulullah adalah contoh teladan bagi umat manusia di muka bumi ini.
Sebagaimana Firman Allah dalam Alquran yang artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah itu teladan yang baik bagimu, (yaitu) orang yang mengharap (ridha) Allah, (kedatangan) hari akhirat dan mengingat Allah sebanyak-banyaknya...” (QS. Al-Ahzab:21)
Masyarakat Aceh memperingati maulid Nabi dengan waktu yang sangat lama dibandingkan provinsi-provinsi lain yang ada di Indonesia.
Namun sayangnya sebagian masyarakat Aceh tidak menjadikan momentum maulid tersebut sebagai momen untuk bercermin dari apa yang kurang dan apa yang tidak sesuai pada diri sendiri, dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Hal tersebut dapat kita lihat dari berbagai macam tingkah polah pemuda dan pemudi Aceh.
Bahkan ada yang sangat mencoreng, seperti kasus prostitusi online di Banda Aceh yang diberitakan di Serambinews.com pada bulan Oktober yang lalu.