KKP Ingin Hilangkan Kesan Garam Bernajis, Ini yang Dilakukan di Pidie Jaya
Kegiatan yang berlangsung sehari diikuti 60 orang calon petani PUGARh (Sosda) dari Gampong Lancang Paru-Bandarbaru.
Penulis: Abdullah Gani | Editor: Yusmadi
Laporan Abdullah Gani | Pidie Jaya
SERAMBINEWS.COM, MEUREUDU - Garam hasil produksi rakyat di Gampong Lancang-Paru, Kecamatan Bandarbaru, Pidie Jaya, yang pernah disebut Majelis Ulama Indonesia (MUI)tidak bersih atau bernajis.
Alasannya karena proses yang dilakukan petani adalah secara tradisional, mulai dari mengeruk dan menjemur tanah tanpa menghiraukan kebersihan yang terkadang hewan ternak seperti kambing bebas di lokasi pengerjaan.
Baca: Mayoritas Garam Aceh Bernajis?
Karenanya, melalui dana APBN TA 2018 sebesar Rp 5,6 miliar, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menghadirkan Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) di Pidie Jaya.
Hal itu diutarakan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pijay, Ir Kamaluddin pada acara sosialisasi daer PUGAR di Wisma Ananda Meureudu, Rabu (7/3/2018).
Kegiatan yang berlangsung sehari diikuti 60 orang calon petani PUGARh (Sosda) dari Gampong Lancang Paru-Bandarbaru.
Baca: Belum Bersertifikat tak Berarti Bernajis
Hadir pada acara tersebut sekaligus sebagai pemateri, Direktur Jasa Kelautan dan Perikanan, Direkturv PT garam Indonesia serta dari DKP Pijay itu sendiri.
Kadis DKP Pijay menambahkan, luas lokasi pengembangan 36 hektare. Kehadiran PUGAR di Pijay adalah satu-satunya di Aceh dengan jumlah Meja Kristal 5 hektare.
Target produiksi 100 ton per-hektar, sehingga totalnya menjadi 500 ton. Lokasi pemasaran, lanjut Kamaluddin, utamanya adalah ke Medan-Sumut. Karena kesana lah yang terbanyak dibutuhkan.
Baca: Tidak Terkena Najis, Ternyata Begini Cara Produksi Garam di Jangka Bireuen
Sosda dibuka Bupati Pijay, diwakili Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Ir Jailani Beuramat. Jailani dalam sambutannya menyambut baik program yang dilakukan KKP di wilayahnya.
Ia berharap KKP juga membantu dalam bentuk lainnya kepada warga Pijay khususnya mereka yang bermukim di pesisir pantai.
Terlebih pascagempa bumi akhir Desember 2016 lalu, banyak fasilitas di pesisir pantai termasuk tambak yang rusak. (*)