Rusia Kerahkan Ribuan Pasukan dan Senjata ke Perbatasan Negara NATO, Ada Apa?
Rusia mengumumkan telah mengerahkan ribuan pasukan dekat perbatasan negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
SERAMBINEWS.COM, MOSKWA - Rusia mengumumkan telah mengerahkan ribuan pasukan dekat perbatasan negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara ( NATO).
Pernyataan itu diucapkan Menteri Pertahanan Sergey Shoigu dalam pertemuan dewan, seperti dilansir Newsweek Selasa (24/7/2018).
Shoigu mengungkapkan sejak 2016, telah terjadi peningkatan situasi di Distrik Militer Barat yang berbatasan dengan negara Baltik seperti Latvia dan Polandia.
Baca: Perekonomian Aceh Singkil Didominasi Tiga Sektor Ini
Baca: Ini 7 Sneakers Jokowi yang Mencuri Perhatian, Harganya Ada yang 2 Jutaan
Dia menjelaskan, Kremlin telah menempatkan 70 unit serta formasi militer besar, termasuk di dalamnya dua divisi dan tiga brigade.
Selain itu, sebanyak 5.000 peralatan dan senjata canggih telah dikirim kepada pasukan yang berjaga di sana.
Seperti sistem peluncur roket kaliber besar Tornado-S, sistem pertahanan anti-pesawat Tor-M2, maupun kendaraan lapis baja Typhoon-K dan Typhoon-U.
"Mereka telah menjalani 350 kali inspeksi mendadak untuk membuktikan kualitas dan kemampuan menyelesaikan konflik," tegas Shoigu.
Baca: Pencarian Korban Tenggelam di Danau Toba Dihentikan, Aktivis HAM Sesalkan Sikap Pemerintah
Baca: Kisah Ibu-ibu dan Putrinya Selundup Sabu Gunakan Jimat, Nyatanya Tak Lolos X-Ray
Bermarkas besar di St Petersburg, Distrik Militer Barat membawahi 26 daerah termasuk Kaliningrad dan Moskwa.
Lembaga think tank Rand Corp dalam laporannya Mei lalu mencatat, distrik itu merupakan markas "pasukan darat dan angkatan udara terkuat Rusia".
"Kolega kita di NATO berusaha dengan segala cara untuk mencegah kita menjadi kompetitor geopolitik dan punya banyak sekutu," kata Shoigu.
Baca: Tampak Biasa Saja, Ternyata Pohon Ini Bisa Jadi Pembunuh yang Berbahaya, Kenali Faktanya
Baca: Tepis Isu Miring Pemecatan Tiga Honorer, Ini Tanggapan Kepala Bappeda Subulussalam
Dia berpandangan pengerahan itu dilakukan setelah NATO juga melakukan penambahan kekuatan di wilayah yang berbatasan dengan Rusia.
Sempat mereda sejak bubarnya Uni Soviet, kini ketegangan NATO-Rusia kembali meningkat dengan masing-masing saling menyalahkan telah memberi ancaman pada dunia.
Sikap NATO menjadi keras setelah Rusia melakukan pendudukan terhadap Semenanjung Crimea, Ukraina, pada 2014.
Baca: Dua Bacaleg di Abdya tak Lulus Uji Baca Alquran dan 35 Tidak Hadir
Baca: Ini Jadwal Penyuntikan Vaksin MR Bagi 60 Ribu Anak di Lhokseumawe
NATO menuduh Moskwa telah melanggar kedaulatan Ukraina yang kemudian dibalas bahwa mereka hanya melindungi kepentingan etnis mayoritas Rusia.
Akibat pendudukan itu, NATO kemudian membuat gugus tempur multinasional yang ditempatkan di Latvia, Estonia, Lithuania, serta Polandia.