Kolektor Manuskrip Aceh Kupas Sejarah Nuruddin Ar Raniry Dalam Kuliah Umum di UIN

Nuruddin Ar Raniry juga dikenal sebagai ulama internasional dan memiliki jaringan intelektual keilmuan yang luar biasa

Penulis: Muhammad Hadi | Editor: Muhammad Hadi
Kolektor Manuskrip Aceh, Tarmizi A Hamid atau akrab disapa Cek Midi saat memberikan kuliah umum di Aula Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar Ranirry, Banda Aceh, Kamis (13/9/2018). 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Nuruddin sejak muda dikenal sebagai seorang alim di kampung halamannya, di Ranir (Render), Gujarat, India.

Nuruddin yang berasal dari Ranir (Render) kemudian menuntut ilmu di Tarim, Arab bagian selatan untuk memperdalam ilmu.

Demikian disampaikan kolektor Manuskrip Aceh, Tarmizi A Hamid atau akrab disapa Cek Midi saat memberikan kuliah umum (Studium General) di Aula Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar Ranirry, Banda Aceh, Kamis (13/9/2018).

Baca: Kitab Gempa dan Uji Baca Manuskrip Kuno

kolektor Manuskrip Aceh, Tarmizi A Hamid atau akrab disapa Cek Midi (tengah) foto bersama seusai memberikan kuliah umum di Aula Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar Ranirry, Banda Aceh, Kamis (13/9/2018).
kolektor Manuskrip Aceh, Tarmizi A Hamid atau akrab disapa Cek Midi (tengah) foto bersama seusai memberikan kuliah umum di Aula Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar Ranirry, Banda Aceh, Kamis (13/9/2018). ()

Dalam kesempatan tersebut, Cek Midi dipercaya memberikan materi berjudul "Nuruddin Ar Raniry; Cendikiawan Muslim Lintas Zaman."

Cek Midi memaparkan kiprah dan misi seorang ulama besar dari Ranir tersebut terhadap Aceh masa lalu maupun kekinian.

Cek Midi mengatakan, kontribusi ulama agung ini tidak pernah habis dibicarakan oleh semua pemikir sejarah, baik dari kalangan akademisi, sejarawan dan peneliti dari berbagai dunia.

Baca: Puluhan Pelajar dan Mahasiswa Ikuti Lomba Baca Manuskrip Kuno di Museum Aceh

"Nuruddin Ar Raniry kemudian beranjak dari Tahrim ke Semenanjung Melayu. Sepertinya, Syekh Nuruddin ini sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk datang ke Aceh," kata Cek Midi yang juga dikenal sebagai pemerhati sejarah Aceh tersebut.

Pernyataan Cek Midi ini bukan tanpa alasan. Apalagi diketahui Nuruddin mulai mengarang kitab Sirat Al Mustaqim pada tahun 1634 Masehi.

Sementara Nuruddin secara resmi masuk ke Aceh pada 1637, yaitu era Sultan Iskandar Tsani.

Baca: Kolektor Naskah Kuno Serahkan Manuskrip Abad ke 17 kepada Wakil Ketua DPR RI

"Dalam kitab tersebut, Nuruddin mengungkap tentang fiqih ibadah dalam Kesultanan Aceh," kata Cek Midi.

Pendiri Rumoh Manuskrip Aceh ini mengatakan, Nuruddin Ar Raniry juga dikenal sebagai ulama internasional dan memiliki jaringan intelektual keilmuan yang luar biasa.

Selanjutnya, Cek Midi menyebutkan keberhasilan Nuruddin Ar Raniry yang menelurkan puluhan karya tentang Aceh.

Padahal, sosok dari Ranir tersebut tidak lama berada di Aceh.

Baca: Dinas Pendidikan Dayah Aceh Pamerkan Manuskrip Pertanian

"Cuma tujuh tahun berdakwah di Aceh, mulai 1637-1644 M, telah melahirkan puluhan karya. Beda dengan mahasiswa sekarang, empat tahun kuliah cuma (membuat) satu skripsi. Itupun karena terpaksa," kata Cek Midi dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar Raniry.

Tarmizi berharap dengan adanya kegiatan tersebut mahasiswa UIN Ar Raniry, khususnya Fakultas Dakwah dan Komunikasi, dapat lebih semangat dan giat dalam melakukan penelitian ilmiah.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved