Mengenang Tsunami
Ketika Lari, Jalanan Sepi ...
Selama berlarian tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut saya maupun anak-anak saya.
7 tahun yang lalu dari arah Barat Desa Bitai dari kejauhan saya melihat gelombang tsunami setinggi gunung langsung saja saya memegang erat ketiga anak saya dan berlarian menyelamatkan diri ke arah Timur. Selama berlarian tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut saya maupun anak-anak saya.
Selama berlarian di jalan dan sekitarnya sepi-sepi saja, saya tidak melihat tetangga maupun orang-orang yang ikut berlarian bersama kami. Setelah 200 meter atau sekitar 7 menit berlarian dari rumah kami pada detik sebelum digulung tsunami anak tertua bertanya kepada saya bagaimana ini pa, saya tidak dapat menjawab apa-apa langsung saja detik itu juga kami digulung gelombang yang maha dahsyat sejauh 800 meter dengan ketinggian gelombang sekitar 6 meter. Berjuang berat menyelamatkan diri melawan arus dari gulungan gelombang ibarat seperti diblender dalam air berpasir hitam bercampur kotoran kayu-kayu dan segala macam sampah-sampah.
Mungkinkah ini suatu pertanda isi permukaan bumi ini sudah banyak kotoran dan sampah manusia yang berbuat zalim dan maksiat, maka bumi ini perlu dicuci atau disapu bersih. Dengan perjuangan dan sisa tenaga yang ada saya sangkut pada sepotong kayu kasau salah satu rumah di Desa Lamteumen Timur, mungkin sudah suatu ketentuan hamba harus kehilangan 2 orang anak yang hamba cintai yang hingga saat ini belum ketemu.
Mungkin sudah suatu ketentuan juga bahwa dua unit sepeda motor yang ada di rumah sudah dibawa terlebih dahulu ke luar rumah oleh isteri dan kemanakan sepuluh menit sebelum terjadi tsunami. Demikian juga dengan mobil yang ada sudah saya buka baterenya untuk dicas.
Agar jiwa ini tenang hamba harus instropeksi diri mungkin ada melakukan kezaliman melanggar peringatan-peringatan Allah, seperti firmanNya.
Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman. (Q.S.Al Qashash 59).
Kejadian ini menyentak menyadarkan diri hamba mungkin dalam kehidupan selama ini hamba kurang menyadari telah berbuat kesalahan-kesalahan dan dosa, maka dengan peristiwa ini Allah memberi peringatanNya agar hamba segera kembali ke jalanNya, karena sebelumnya Allah telah memberi peringatan yaitu.
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (Q.S. An Nisaa’79)
Disadari bahwa peristiwa ini adalah suatu musibah yang tidak dapat ditolak oleh siapapun, yang dapat menimpa siapapun kapan saja dan dimana saja dengan seijin Allah.
Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti datang, dan kamu sekali-kali tidak sanggup menolaknya (Q.S. Al Anam 134).
Dalam keterangan yang lain dijelaskan, tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. At Taghaabun 11).
Hingga saat ini hamba masih mengharapkan kehadiran anak kami yang hilang, hati ini gundah bila ia masih ada di dunia ini mungkin ada orang yang membawanya tapi kami ikhlas bila ia sudah kembali ke Hadirat Allah SWT.
Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (Q.S. Yunus 56).
Setelah 7 tahun tsunami saya dan keluarga hingga saat ini masih dalam status mengungsi di Desa Geuce Komplek, kami sama sekali belum pernah menerima bantuan pembangunan rumah maupun bantuan rehab rumah dari pihak manapun.
Berbagai upaya telah saya usahakan baik dengan penyampaian permohonan kepada Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias melalui kepala desa maupun secara langsung dan lain-lain. Melalui media ini saya mohon bantuan pembangunan atau rehab rumah saya kepada pemerintah. Saya yakin masih banyak masyarakat lain yang seperti saya belum menerima bantuan rumah. Diharap jangan terjadi ketimpangan yang besar antara masyarakat yang banyak dapat bantuan rumah dan dipihak lain ada masyarakat yang tidak dapat bantuan rumah sama sekali. Diharapkan juga pemerintah mau memberi informasi yang pasti apakah kami-kami masih ada harapan untuk memperoleh bantuan rumah atau tidak.
Ya Allah tabahkan terus hati kami ini.
Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). (Q.S. An Naazi’aat 44).