Opini

Kegagalan Multikulturalisme

PELABELAN julukan tertentu akan satu suku, seperti masyarakat Aceh suka berperang

Editor: hasyim

 Potret berbeda
Namun hari ini kita melihat potret yang berbeda. Perilaku humalizen yang memanusiakan manusia lain, masih jauh dari harapan. Keegoisan dan kecurigaan telah membakar jiwa-jiwa kemanusiaan. Merasa diri lebih ‘esklusif’ adalah sebab yang kemudian melahirkan ketidak-beradaban sikap. Sebuah sikap pelarian dari ketidakmampuan, ketidaktahuan, dan juga ketidakmauan untuk menjadikan multikulturalisme sebagai kekayaan kepribadian ataupun khasanah budaya. Sikap ini hanyalah sebuah upaya pengkerdilan diri sampai tidak bisa bernafas, sebab ia hanya bisa bernafas lega ketika yang lainnya binasa.

Dalam kenaasan kenyataan, kita yang mengaku-mengaku sebagai hamba yang beragama, ternyata juga telah mengabaikan sisi-sisi kemanusiaan yang jauh dari tuntutan agama. Padahal tidak ada agama yang mengajarkan demikian. Akhirnya kita hanya terkepung pada pusaran konflik yang dipicu oleh persoalan radikalisme agama, etnosentrisme, dan fanatisme politik. Maka secara perlahan, multikulturalisme pun terlindas oleh zaman bersama manusia-manusia yang buta akan kemanusiaan.

Asmaul Husna
, Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe, Peserta Sekolah Menulis dan Kajian Media dan Sekolah Demokrasi Aceh Utara Angkatan III. Email: hasmaul64@yahoo.com

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved