Opini
Menghitung Dampak Kenaikan Harga BBM
KEBIJAKAN pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) kerap menimbulkan polemik pro dan kontra atas pertanyaan
Sayangnya bagi kita masyarakat luas khususnya kalangan awam, kenaikan harga BBM tidak dapat menarik kesimpulan relatif dari kedua pendapat tersebut. Namun, di tingkat mikro kita dapat merasakan dari pola sebelumnya. Kenaikan harga BBM terakhir terjadi 2008. Oleh karena itu, secara sederhana kita dapat menghitung dampaknya bagi keluarga kita berdasarkan data yang sudah terjadi.
Kita anggap rumah tangga kita yang pengeluarannya sama dengan garis kemiskinan. Asumsikan garis kemiskinan rata-rata sekitar Rp 900 ribu per keluarga per bulan. Kenaikan harga BBM sebesar 40% akan menaikan harga barang rata-rata 12%, yang sebetulnya hanya meningkatkan biaya belanja per rumah tangga berkisar Rp 108 ribu per bulan. Apabila biaya transportasi diperhitungkan lagi, dengan asumsi total pengeluaran meningkat sekitar Rp 12 ribu per bulan per rumah tangga. Sehingga total peningkatan pengeluaran per rumah tangga per bulan adalah Rp 120 ribu.
Lalu karena keluarga ini tercatat sebagai RTM, mendapatkan BLSM sebesar Rp 150 ribu per bulan, beras untuk keluarga miskin (raskin) 10 Kg dan membayar hanya Rp 1.600/Kg, keluarga ini secara implisit mendapat transfer sebesar 10 x (Rp 3.600 - Rp 1.600) = Rp 20.000 per bulan. Hanya dengan menghitung BLSM dan raskin saja, keluarga kita telah overcompensated (Rp 170.000 - Rp 120.000 = Rp 50.000). Apalagi kalau ditambahkan dengan kompensasi pendidikan dan kesehatan. Akibat transfer yang diperoleh kenaikan harga BBM tadi, pendapatan keluarga kita sebenarnya mengalami kenaikan.
* Anwar Deli, Kandidat Doktor Ilmu Ekonomi pada Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda Aceh. Email: anwar_deli@yahoo.com