Cerpen

Kohler dan Celaka Tiga Belas

Laut hanya berombak kecil. Angin seakan-akan berhenti. Seekor burung yang aku tidak tahu namanya

Editor: bakri

“Apa kau pikir ini lelucon? Cepat cari lembu yang telah seenaknya membuang kotoran di sini! Dan jangan kembali sebelum kau temukan itu lembu.”

“Siap, Tuan!”

Setelah Werker berlalu, Binkes muncul bersama beberapa perwiranya. Rapat darurat pun digelar.

   “Benteng ini telah kita kuasai,” kata Kohler menunjuk peta. “Setelah pasukan selanjutnya tiba di sini, kita akan menyerang Kraton Sultan. Kalian paham?”

Tapi seorang perwira tampak bingung membaca peta itu.

“Tuan, apa Anda yakin kalau keraton sultan itu berada di sini. Bukankah gambar ini tampak seperti rumah ibadah orang Islam?” tanya perwira itu ragu.

Kohler melihat kembali peta itu.

“Tidak mungkin mata-mata kita salah dalam hal ini,” tegas Kohler meyakinkan perwiranya meskipun ia setengah ragu.

Peperangan telah membuat Kohler kelelahan. Baru saja Kohler hendak melepaskan penat, tiba-tiba Werker datang tergopoh-gopoh menghampirinya.

“Tuan, saya sudah membawa binatang yang Anda maksud tadi?”

“Oh ya, aku baru ingat. Padahal aku telah melupakannya tadi. Di mana binatang itu?”

Werker pun menggiring Kohler menuju ke sebuah pohon Ketapang yang berada di sebelah barat benteng. Seekor binatang besar tertambat di sana.

“Ini dia, Tuan,” tunjuk Werker dengan bangga.

Melihat binatang itu, Kohler tiba-tiba menjadi jengkel.

“Werker! Apa kau tidak bisa membedakan antara lembu dan kerbau?” ujar Kohler lalu meninggalkan Werker yang tampak bodoh itu. Kami hanya tertawa saja melihat kejadian itu. Sedangkan kerbau yang tertambat itu melenguh panjang.

* Teuku Mukhlis, lulusan IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Guru bahasa Arab di SMAN 1 Baktiya Barat, Aceh Utara.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved