KUPI BEUNGOH

Ali dan Apa yang Kita Ingat Darinya

Selamat jalan Ali. Menarilah di surga, seperti engkau menari di atas ring di hadapan tatapan mata lawan-lawan mu dan di hadapan hati para pengagummu.

Editor: Amirullah
Ali dan Apa yang Kita Ingat Darinya - muhammad-ali_20160605_090048.jpg
MIRROR
Ali dan Apa yang Kita Ingat Darinya - alkaf2_20160505_102623.jpg
Muhammad Alkaf

TIDAK untuk Tyson, Holyfield, Lewis, Bowe, Bruno, Holmes. Juga tidak untuk Dempsey, Joe Lewis, Frazier, Norton, Liston dan Foreman.

Hanya Muhammad Ali, di dalam segala hal, yang telah berada sendiri di atas puncak singgasananya. Ali tidak dapat dibandingkan sama sekali dengan petinju lainnya di sepanjang sejarah.

Kepalan tinjunya tidak hanya menghancurkan lawan-lawannya di atas ring. Namun juga menghancurkan kesombongan dunia.

Ali sadar, hidup sebagai pria berkulit hitam di zaman rasisme di Amerika, membuatnya harus bergerak lebih cepat. Dia-pun masuk Islam, dan mengganti “nama budak-nya”, Casius Clay menjadi Muhammad Ali. Nama yang agung. Seperti cita-citanya yang agung pula.

 

Islam bagi Ali adalah pembebasan. Yang disimbolkan dengan nama Islamnya itu. Sehingga dia sangat marah kepada Ernie Terrel, lawan yang dihukumnya di atas ring, karena tidak memanggil nya sebagai “Ali.” melainkan “Clay” Setiap kali pukulannya mendarat di wajah Terrel, Ali bertanya dengan suara lantang “Siapa nama ku!?”

Ali menjadi besar, pun karena lawan-lawannya adalah petinju besar juga. Dia memiliki lawan yang saling membunuh dengannya. Pertandingan mereka berkali-kali dan saling mengalahkan. Joe Frazier salah satunya.

Joe Frazier menjadi juara dunia kelas berat tanpa mengalahkan Ali. Sehingga dia tidak dianggap juara karena Ali, sekali lagi, Ali, harus kehilangan gelarnya itu akibat membela kemanusiaannya.

“Mengapa aku harus berperang dengan Vietcong? Mereka tidak pernah memanggilku negro,” teriak Ali. Penolakan yang berakibat fatal. Gelarnya dicabut dan dia dilarang bertinju.

Frazierlah yang ikut membantu agar Ali dapat bertinju kembali. Jelas, Frazier membutuhkan Ali supaya juaranya diakui. Dari sini drama keduanya dimulai.

Bukan Ali namanya, kalau bukan membuat panas telinga calon lawannya. Sonny Liston saja, juara dunia yang dikalahkan Ali sebanyak dua kali pernah frustasi, sampai harus menembak pistol dengan peluru angin karena tidak mampu meladeni provokasi Ali.

Tiga kali mereka bertarung, Ali memenangkan dua diantaranya. Frazier vs Ali I menimbulkan drama yang menggoncang ketika sebelum pertandingan keduanya saling memprovokasi. Sampai Ali menggelari Frazier sebagai Uncle Tom. Sebuah gelar yang buruk sekali.

Nama itu adalah cerita tentang laki-laki kulit hitam yang menjadi Judas di hadapan majikannya yang berkulit putih pada masa perbudakan di masa lalu di Amerika.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved