KUPI BEUNGOH

Dari Mana Gambar Cut Mutia di Uang Rp 1.000? Ini Sejarahnya

Padahal, pokok permasalahan dari mana sumber utama Cut Mutia? Tulisan ini akan berusaha menelaah sumber awal foto itu muncul.

Editor: Yusmadi
ist
Hermansyah 

Uniknya, pada tahun 1972 terlaksananya perhelatan akbar Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-II di Banda Aceh. Dalam acara tersebut beredar petikan surat Camat Matangkuli kepada Ketua PKA II, tanggal 5 Agustus 1972 No. 831/19 tentang inventarisir tim terhadap makam Cut Mutia. Laporan tersebut tidak mempublis foto dimaksud.

Pada tahun ini atau lebih awal, para pelukis menjadikan sumber foto Cut Mutia versi Colijn dan Teuku Raja Muluk Athas sebagai sumber utama wajah pahlawan dari Aceh Utara. Melalui beberapa “tangan-tangan pelukis” yang berimajinasi kepada foto tanpa “ija sawak” tersebut.

Buku Hasjmy (1977), Yakub (1979) ataupun Talsya (1982) dan beberapa buku nasional juga berpandu kepada sumber tersebut, hal itu dapat diidentifikasi dengan objek seperti rambut, sanggul, atau skema dan posisi gambar yang sama, termasuk gambar yang digunakan dalam uang seribu rupiah tahun 2016.

Kecuali buku "Perang Kolonial Belanda di Aceh" (1977) yang menyertakan gambar sama dan menyebut “Wanita-wanita remaja Aceh” bukan Cut Mutia.

Sejarah Foto Cut Meutia

Manipulasi Sumber Cut Mutia

Point utama yang disepakati adalah tidak ada gambar atau foto asli Cut Mutia, karena dari mulai ia dewasa, menikah dan syahid sudah berkelana dalam “perang sabilillah” di pedalaman Aceh Utara. Ia juga salah seorang yang sama sekali tidak berkompromi dengan Belanda. Perjuangannya beriringan dan berlanjut pasca suaminya syahid Teuku Cut Muhammad (Teuku Chik Tunong) dan Pang Nanggroe.

Sedangkan gambar Cut Mutia di uang Rp. 1000 yang digunakan sekarang oleh BI merujuk kepada sumber dan konsultasi dengan keluarga (Serambi Indonesia, 22-23 Desember 2016).

Namun, sumber utama dari foto tersebut dari hasil fotografer bernama Christiaan Benjamin Nieuwenhuis tahun 1900 dalam studio di Banda Aceh.

Di tahun dan tempat yang sama, beberapa “model” lainnya juga diambil foto dengan beragam busana dan perhiasan khas Aceh. Foto-foto ini dijadikan sebagai media bisnis oleh Nieuwenhuis dan sebagai laporan ke pemerintah kolonial di Batavia (Jakarta) dan Belanda.

Nieuwenhuis awalnya seorang anggota militer Belanda, kemudian bekerja jadi fotografer mandiri di wilayah Hindia Belanda 1883. Perjalanannya paling jauh sampai Samalanga, kemudian ia pindah ke Padang (Sumatera Barat) dan meninggal di sana.

Pada tahun berikutnya (1901), beberapa foto jepretannya dijadikan postcard (kartu pos), termasuk gambar yang sangat identik dengan foto Cut Mutia dalam prangko dan uang seribu rupiah.

Foto koleksi KITLV tersebut berjudul “Vrouw in Atjeh” (artinya: Perempuan di Atjeh) dengan nomor kode 1400103.

Dalam postcard tersebut tertulis "Voorname Atjehsche vrouw" atau "perempuan muda Aceh" bukan nama Cut Mutia.

Foto-foto model versi Belanda tentu tidak dapat dijadikan representatif dalam pakaian dan reusam masyarakat secara keseluruhan di Aceh yang sangat beragam.

Semua bandingan foto-foto tersebut dapat diakses online di KITLV (The Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) dan beberapa buku peneliti Belanda.

Sejarah Foto Cut Meutia
Foto Christiaan Benjamin Nieuwenhuis 1901. Code. 82872. KITLV
Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved