Kupi Beungoh
Hoax dan Cara Kotor Berdakwah
Sering sekali hoax itu berisi hal-hal yang baik, seperti nasehat dan hikmah dari suatu peristiwa, peringatan, ajakan dan lain sebagainya.
Sering sekali hoax itu berisi hal-hal yang baik, seperti nasehat dan hikmah dari suatu peristiwa, peringatan, ajakan dan lain sebagainya.
Namun tetap saja itu adalah hoax atau berita palsu.
Dengan demikian pemuda di Aceh dituntut agar lebih hati-hati dalam menyebarkan pesan.
(Baca: Gara-gara Info Hoax Wajib Ganti Kartu, Kantor BPJS Kesehatan Lhokseumawe Diserbu Masyarakat)
Hoax dan Generasi Millenial
Generasi millenial adalah kelompok demografis setelah generasi X atau generasi yang lahir antara tahun 1980-2000 an, bisa kita katakan generasi millenial yaitu generasi muda masakini yang saat ini berusia di kisaran 15-34 tahun.
Dalam buku Ahman Izzan & Usin S.Artyasa “Menata Kelola Hidup agar Lebih Bermakna dan Bahagia” dituliskan “Generasi milenial, yaitu generasi yang baru lulus atau baru bekerja profesional sekitar 2-3 tahun belakangan ini. Generasi termuda ini sering dianggap sebagai pekerja ‘suka-suka’. Kecendrungan mereka tidak disiplin dan tidak serius karena jiwanya lebih didominasi oleh gaya hidup ‘have fun’ alias hura-hura.
Generasi ini sangat dipengaruhi oleh munculnya smartphone, internet, dan jejaring media sosial, sehingga memiliki pola pikir, nilai-nilai, dan perilaku yang serba instan dan serba cepat.”
Sebagian dari generasi millenial mungkin belum memahami apa itu berita hoax.
Menurut Williard G. Bleyer dalam Wonohito (1960:2) mendefinisikan berita sebagai segala sesuatu yang hangat dan menarik perhatian sejumlah pembaca, dan berita yang terbaik ialah berita yang paling menarik perhatian bagi jumlah pembaca yang besar. (Apriadi Tamburata, Literasi Media, 2013, hal. 87).
Profesor Samaun Samadikun dalam bukunya, “Petani Silikon Indonesia” mengatakan bahwa keterampilan dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi dapat digunakan sebagai sarana melawan hoax dan fitnah.
Di mana teknologi informasi ialah suatu cara untuk menggunakan informasi sehingga sumber daya (resource) menjadi sesuatu yang lebih diperlukan oleh masyarakat, biasanya dengan mengolah informasi mengenai sumber daya tersebut sehingga menjadi “lebih laku”.
Generasi millenial lebih cenderung menggunakan media-media online yang sangat mudah diakses oleh masyarakat luas memberi manfaat, baik itu berupa ilmu atau nasihat singkat baik itu melalui status di jejaring sosial maupun video.
Melaksanakan amalan sunnah di zaman yang canggih ini bisa diaplikasikan melalui media sosial baik itu melalui Facebook, Twitter, Instagram, dan lain sebagainya.
(Baca: Kominfo: Masyarakat Jangan Terprovokasi Ajakan Hoax Agar Tak Mendaftar Data Seluler)