Citizen Reporter
Syiar Tastafi, dari Aceh Hingga Eropa
Pada Jumat dan Sabtu (12-13 Januari 2018) saya mengadakan sekaligus membuka Pengajian Tastafi Cabang Denmark
Tgk Abdul Razaq Ridhwan.
Pembina MAZKA Langsa, alumnus Mudi Mesra Samalanga, melaporkan dari Kota Hojiring Denmark
JAK beut atau pergi untuk mencari ilmu adalah kewajiban setiap individu hamba Allah.
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW, "Menuntut Ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim".
Jadi di mana pun kita berada maka kewajiban menuntut ilmu tidak akan pernah lekang dari setiap muslim.
Prinsip jak beut yang sangat kuat di masyarakat Aceh ternyata masih dipegang erat-erat oleh warga Aceh yang bermukim di Eropa.
Fakta ini saya lihat sendiri semenjak hari pertama saya berada di tanah Eropa, dalam rangka Safari Dakwah, Shalawat Maulid Rasulullah, dan pengajian keliling di rumah-rumah warga Aceh di Denmark, Norwegia, dan Swedia, sejak Desember 2017 lalu.
Gambaran tentang antusiasme warga Aceh di Eropa dalam menjaga aqidah dan tradisi serta adat budaya Aceh, telah saya tulis dalam tiga tulisan sebelumnya yang dimuat di rubrik citizen reporter Serambi Indonesia edisi cetak maupun edisi online.
(Baca: Bu Kulah dan Gulee Pliek pada Acara Maulid di Eropa)
(Baca: Semaraknya Walimatul ‘Urusy Warga Aceh di Eropa, Darabaro Warga Norwegia Linto dari Swedia)
(Baca: Mengunjungi Masjid Fittja, Satu-satunya Masjid di Swedia yang Boleh Azan Pakai Pengeras Suara)
Kali ini saya menulis tentang antusiasnya warga Aceh di Denmark dalam mengikuti pengajian Tauhid, Tasawuf, dan Fiqah (Tastafi).
Warga Aceh di Denmark berdomisili di dua tempat yang berbeda, yaitu di kota Hojiring dan di kota Ars.
Kedua kota ini berjarak sekitar 1 jam perjalanan dengan kendaraan roda 4.
Dalam perjalanan Safari Dakwah di kota Hojiring, saya bersilaturahmi ke rumah-rumah warga Aceh di Hojiring, hampir 20 rumah kami bersilaturahmi.
Pada Jumat dan Sabtu (12-13 Januari 2018) saya mengadakan dan membuka Pengajian Tastafi Cabang Denmark di kota Hojiring bersama warga Aceh.

Pengajian Tastafi adalah sebuah pengajian yang berada di bawah binaan Waled Hasanoel Bashry AG atau Abu Mudi Samalanga dan para ulama Aceh.
Pengajian Sastafi sudah berjalan lebih kurang enam tahun dan sudah memiliki sayap di seluruh Aceh, serta beberapa cabang luar negeri, seperti Malaysia, dan kali ini di Eropa.
Tgk Siti Aminah, alumni Dayah Mudi Mesra Samalanga dan salah satu pengajar agama di Denmark, berharap dengan terbentuknya Tastafi di Denmark bisa memperkuat ukhawah silaturrahmi antara warga Aceh di Eropa dan ulama-ulama, di Aceh maupun seluruh dunia.
Pengajian perdana
Untuk pengajian Tastafi perdana di Denmark ini, dimulai setelah shalat Isya sampai selesai. Pengajian dilanjutkan lagi pada hari Sabtu setelah shalat Zuhur, yang juga diikuti oleh anak-anak Aceh.
Pengajian diawali dengan latihan shalawat dan zikir bersama, kemudian dilanjutkan dengan pengajian dan tanya jawab seputar masalah agama.
Pengajian Tastafi bagi warga Aceh yang berdomisili di Kota Hojiring diadakan di salah satu masjid di kota Hojiring.
Masyarakat Aceh, termasuk pegiat di masjid yang disewa oleh umat Islam di kota tersebut.
Masjid yang berada di tengah kota Hojiring ini berbentuk gedung kecil dengan daya tampung 200 jamaah.

Masyarakat Aceh menjadikan masjid tersebut sebagai tempat pengajian setiap hari Sabtu dan minggu.
Walaupun di tengah kesibukan dan hidup di negara Eropa, tapi semangat warga Aceh untuk jak beut atau mencari Ilmu Allah, tetap menyala.
Semoga semangat untuk berjihad dalam mencari Ilmu di tanah Eropa tidak pernah pudar meskipun dalam kesibukan mencari nafkah.
Setelah acara pengajian, pada hari malam Sabtu dan harinya, saya kembali meninggalkan Denmark, untuk melanjutkan Safari Dakwah ke Norwegia.
Warga Aceh di Denmark, juga Norwegia dan Swedia, berharap agar setiap tahun datang para ulama dan teungku dari Aceh untuk menyiarkan dakwah, terutama ilmu Tauhid, Tasawuf, dan Fiqah, agar generasi Aceh di Eropa tetap berpegang teguh kepada tuntunan agama. (*)