Polemik APBA 2018, Apa Karya: Elite Aceh Lagee Naga Pajoh Gapu

Apa Karya pun berharap elite Aceh menghentikan kisruh dan konflik ini, agara tidak semakin merugikan rakyat banyak.

Apa Karya 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Polemik penyusunan RAPBA atau Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh 2018 yang berefek pada konflik elite, menimbulkan keprihatian banyak kalangan.

Salah satunya adalah tokoh Aceh, Zakaria Saman. Mantan menteri pertahanan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ini menilai konflik antarelite dalam penyusunan APBA ini akan merugikan rakyat Aceh, paling tidak untuk satu tahun ke depan.

Ditemui Serambinews.com, di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Blangbintang, Aceh Besar, Rabu (14/3/2018), Apa Karya mengibaratkan konflik elite yang berpunca pada pendapatan dan belanja ini dengan istilah "lagee naga pajoh gapu" (seperti naga makan kapur).

Apa Karya menjelaskan, pada masa lalu, warga yang hidup di kampung-kampung pinggir hutan di Aceh, kerap diganggu oleh ular-ular besar, termasuk piton.

Nah, untuk mengantisipasi gangguan ular besar ini, penduduk kampung mengumpani dengan cara membungkus kapur dengan kulit kambing, lengkap dengan kepala dan darah kambing.

Ketika umpan kambing berisi kapur itu dimakan oleh ular, hanya butuh beberapa saat, perut ular akan meletus, karena reaksi kapur bercampur air.

"Nyan keuh meunan watee takalon elite tanyoe jinoe, peurseh lagee naga pajoh gapu (begitulah kita melihat elite Aceh saat ini, persis seperti naga makan kapur)," kata Apa Karya seraya terkekeh.

(Baca: Gubernur Irwandi Yusuf Ingin Pergub RAPBA 2018, Ini Penegasan Ketua DPRA Muharuddin)

(Baca: Dirjen di Kemendagri: DPRA tak Hadir, Tidak Pengaruhi Putusan Mendagri Sahkan Pergub APBA 2018)

(Baca: DPRA Ancam Gugat Gubernur Jika Pergubkan RAPBA, Begini Kata Pakar Hukum Unsyiah)

Ia menambahkan, istilah naga dipakai oleh orang-orang terhadulu untuk menyebut si ular besar.

Apakah istilah ini menunjukkan bahwa elite Aceh telah termakan umpan pihak-pihak yang ingin mengacaukan Aceh?

"Hana long peugah meunan, pokok jih lagee naga pajoh gapu," tukas Apa Karya.

Apa Karya pun berharap elite Aceh menghentikan kisruh dan konflik ini, agara tidak semakin merugikan rakyat banyak.

(Baca: Temui Ghazali Abbas Adan, Anggito Bantah Ambil Tanah Wakaf Aceh, Tapi Hanya Ingin Berinvestasi)

(Baca: Pemerintah Aceh Disarankan Buat Aturan yang Membatasi Aktivitas Perempuan di Malam Hari)

(Baca: ACT Borong 1.000 Gabah Petani Aceh, Dikirim dengan Kapal Kemanusian ke Suriah)

"Dari 5 juta rakyat Aceh, ada puluhan ribu janda dan anak yatim korban konflik yang telah berkorban sehingga orang-orang ini telah menjadi pejabat. Tapi kalau selalu menyakiti mereka, apakah mereka akan tinggal diam? Apakah tidak ada di antara anak-anak yatim ini yang doanya akan dikabulkan Allah? Preh mantong troh nasib lagee naga pajoh gapu," tukas Apa Karya.

Ditanya tentang tujuan keberangkatannya ke Jakarta, Apa Karya menolak memberitahukan.

"Secret (rahasia), tapi yang pasti bukan masalah APBA. Ada masalah lain yang lebih besar, kalau sudah selesai, nanti kamu yang pertama saya kasih tahu," ujar Apa Karya, kembali tertawa dengan gaya khasnya.(*)

Assalamualaikum syedara lon, sekarang di Taman Bustanul Salatin (Taman Sari) ada yang baru, yaitu air mancur warna-warni. Yang sangat cocok untuk mengisi waktu malam anda bersama buah hati tercinta, sebagai info juga, air mancur ini dinyalakan mulai jam 19.30 - 21.30 WIB. Terima kasih #news #berita #aceh #bandaaceh #indonesian #bustanulsalatin #wisata #wisataaceh
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved