Luar Negeri
Amerika Serikat Bisa Kalah Jika Perang dengan Rusia di Eropa, Penyebabnya Karena Hal Ini
Sejumlah pensiunan perwira tinggi Amerika Serikat ( AS) berkata, negaranya bisa kalah jika perang dengan Rusia terjadi.
SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON DC - Sejumlah pensiunan perwira tinggi Amerika Serikat ( AS) berkata, negaranya bisa kalah jika perang dengan Rusia terjadi.
Kekalahan itu bisa terjadi jika AS dan sekutunya, Pakta Pertahanan Atlantik Utara ( NATO) tidak memperhatikan sejumlah faktor.
Dilansir Washington Post via Newsweek Senin (25/6/2018), faktor tersebut adalah kerumitan birokrasi, jalur kereta yang tidak sesuai, dan infrastruktur era Perang Dingin yang menua.
"Kita harus bergerak secepat, atau bahkan lebih cepat jika Rusia melaksanakan serangan ke perbatasan," kata mantan Komandan AD AS di Eropa, Ben Hodges.
Baca: Aneka Budaya Aceh Singkil Siap Tampil di Arena Pekan Kebudayaan Aceh
Baca: Saksikan Kekalahan Mesir dari Arab Saudi, Mantan Pesepak Bola Ini Meninggal Dunia
Dia berujar, AS dan NATO harus menempatkan segala sumber daya militer mereka di perbatasan di mana Rusia bakal menyerang.
Namun, dalam laporan yang ada, sejak NATO berusaha mengekspansi bekas teritori Iron Curtain milik Uni Soviet, mereka gagal memelihara infrastruktur kunci.
Infrastruktur kunci yang dimaksud adalah jalur untuk transportasi pasukan dan peralatan militer jika terjadi konflik besar.
Baca: KIP Subulussalam Gunakan Perahu untuk Antar Logistik Pilkada ke Desa di Seberang Sungai
Baca: Harga TBS Kelapa Sawit di Barat Selatan Aceh Anjlok, Rp 800 Per Kilogram
Mantan Utusan AS untuk NATO, Letjen Purnawirawan Douglas Lute juga sependapat dengan Hodges yang menyatakan bahwa transportasi merupakan masalah besar di Eropa.
"Malah, saya melihat transportasi merupakan gejala untuk masalah yang lebih besar di Eropa yang sudah bukan lagi kawasan bebas dan aman," tutur Lute.
Baca: Ditemukan Selamat di Pulau Samosir, Begini Cara Nahkoda KM Sinar Bangun Selamatkan Diri
Baca: Satpol PP Lhokseumawe Sita Odong-Odong, Ini Alasannya
The Post mencontohkan salah satu persoalan transportasi pelik adalah ketika AS melaksanakan latihan perang di Jerman 2017 lalu.
Saat itu, Komandan skuadron kendaraan tempur Stryker, Letkol Adam Lackey, berkisah dia mendapat perintah harus menempatkan Stryker di Georgia.
Perjalanan tersebut diperkirakan seharusnya bisa sampai dalam dua pekan.
Baca: 6 Ratu Paling Sadis dan Kejam Sepanjang Sejarah, Racuni Suami Sampai Tega Habisi Putrinya Sendiri
Baca: Puluhan Spanduk Melanggar Aturan di Lhokseumawe Diturunkan
Namun, Lackey berujar Stryker baru sampai empat bulan kemudian karena berbagai miskalkulasi.
Antara lain regulasi berbeda di Hongaria dan Romania soal standar penguncian kendaraan tempur, serta protokol Jerman yang rumit tentang cara mengangkut ranpur ke kereta.
Mereka juga mendapat masalah di Swedia, negara non-NATO namun sering berpartisipasi dalam latihan militer yang diadakan.
Baca: Polisi Tangkap Pria dan Wanita Asal Aceh Utara Terkait Adanya Video Mesum
Baca: Dihukum FIFA karena Selebrasi, Warga Kosovo Patungan Bayar Denda Shaqiri dan Xhaka