Opini
Pentingnya Akhlak dan Pendidikan Karakter
KAMPANYE back to school (kembali ke sekolah) mengingatkan para orang tua, murid, guru dan seluruh pemangku
Mendidik dengan hati
Barbara Harell Carson pernah berkata, “students learn what they care aobut, from people they care about and how who, they know, care about them.” Kurang lebih dapat dimaknai bahwa siswa akan belajar terhadap apa yang mereka peduli tentangnya, dari orang-orang yang peduli pada mereka dan peduli tentang mereka. Pesan Barbara ini hanya memiliki satu kata kuci, yaitu peduli.
Penting sekali bagi guru/dosen untuk memiliki rasa peduli yang tinggi terhadap peserta didiknya, dengan kepedulian tersebut guru/dosen dapat menilai proses perubahan dan perkembangan mereka dari waktu ke waktu dalam setiap fase belajar. Dari sinilah segala kekurangan dapat diperbaiki menuju hasil yang lebih baik.
Menurut kami, cara yang paling efektif bagi guru/dosen menanamkan akhlak yang baik pada peserta didik pada model pendidikan karakter adalah menunjukkan keteladanan, terutama sikap baik para guru/dosen dan seluruh warga sekolah/kampus pada peserta didik dengan jujur (sebenarnya) dan tidak munafik. Tidak boleh sekali-sekali guru/dosen memperlihatkan sikap dusta kepada peserta didik sementara ia meminta murid/siswa/mahasiswa berlaku jujur.
Model pendidikan akhlak yang pernah dipraktikkan oleh Rasulullah saw dalam pergaulannya dengan para sahabat bahkan dengan musuhnya sekalipun dapat menjadi best practice bagi guru/dosen dalam upaya membangun karakter (character building) peserta didik sejak dini (TK/murid SD/siswa SMP). Beliau selalu menunjukkan sikap dan perbuatan baik dalam setiap interaksi, mulai dari ucapannya yang sopan, lemah lembut, berkata jujur sampai saat marah pun beliau masih menunjukkan etika yang mulia. Subhanallah!
Sifat seperti Rasulullah tersebut mencirikan bahwa mendidik bukan hanya dengan sejumlah teori dan memasok pengetahuan (sains), namun bagaimana transfer ilmu yang dilakukan oleh guru/dosen juga dibarengi dengan pembentukan akhlak (morality) yang padu-padan dengan kepribadian, keterampilan, yang dimiliki oleh para peserta didik.
Memang selama ini para guru telah melakukan proses pendidikan karakter ini dengan baik. Dapat kita lihat setiap pagi ketika awal jam sekolah, para guru dengan setia menunggu murid/siswa di depan gerbang sekolah dan mereka salami satu persatu murid/siswa yang datang. Namun hendaknya contoh sikap mulia yang ditunjukkan ini bukan hanya sekadar memenuhi tuntutan sekolah atau sekadar melepaskan kewajiban. Akan tetapi benar-benarlah datangnya dari rasa peduli guru terhadap anak-anak. Wallahu a’lam bishawab.
* Yusra, S.Ag., Guru Bidang Studi Bahasa Inggris pada SMPN 2 Banda Aceh (email: yusra.ira74@gmail.com). Hamdani, SE., M.Si., Dosen Politeknik Kutaraja Banda Aceh.