Kupi Beungoh
Belajar dari Pak Wayan, Orang Kecil di Tengah IMF-World Bank Annual Meeting 2018
Menguasai Bahasa Inggris dan Jepang, Pak Wayan bekerja dengan penuh sigap saat sedang memandu para tetamunya.
"Berapa penghasilan Pak Wayan dari pekerjaan ini?," Saya beranikan diri bertanya, seraya sedikit membujuk dan minta maaf, jika itu menyinggung perasaannya.
Dia jawab juga akhirnya. "Untuk satu job ini, seperti memandu bapak ini saya bisa memperoleh Rp 500 ribu. Nanti, istri pun ada juga tambahan dari kerjaannya. Dikumpul-kumpul, sangat lumayan per bulan, pak," tuturnya sumringah.
Adanya kegiatan tahunan yang digelar oleh IMF-World Bank Tahun 2018 di Bali pada bulan Oktober mendatang tentu memberi peluang besar bagi orang-orang kecil seperti Pak Wayan.
(Baca: VIDEO - Aksi di Kantor Gubernur Aceh, Massa Minta Irwandi Yusuf Dibebaskan)
Jasa mereka pasti amat dibutuhkan untuk memandu para tamu yang hadir pada perhelatan akbar ini.
Diperkirakan tidak kurang dari 15 ribu tamu yang hadir.
Mereka adalah orang-orang yang sangat berpengaruh di sektor keuangan di 189 negara.
Keberadaan ajang ini diyakini akan membawa manfaat bagi Pak Wayan dan kawan-kawan.
Para wisatawan pasti butuh jasa mereka.
Mereka tidak hanya sekadar menjadi penunjuk jalan, tapi juga dapat bertindak sebagai penerang bagi para tamu-tamu dari mancanegara, khususnya tentang kekayaan alam, produk-produk lokal, karya seni, dan atraksi budaya dari bangsa kita.
Di ujung perjumpaan, sebuah pertanyaan pamungkas saya ajukan padanya. "Apa kunci sukses daerah bapak, khususnya dalam mengelola potensi pariwisata ini?.
Jawabannya sangat menyadarkan saya dan kita semua.
(Baca: Pelabuhan Balohan Bertaraf Internasional)
"Kami di sini tak pernah ribut-ribut, pak. Di sini kami kompak, bersatu. Semua percaya pada hukum keseimbangan antara Pencipta, alam, dan manusia. Ketiga ini harus dijaga kelangsungannya secara harmonis, jika kita mau menuai berkah. Masyarakat juga sadar akan hal ini. Lihatlah, tidak ada yang mengganggu aktivitas para wisatawan. Tak ada sampah. Tak ada copet di sini. Bahkan, sangat jarang terdengar bunyi klakson di jalan-jalan," urainya jelas dengan logat Balinya yang kental, terutama saat ucapannya bersentuh huruf "t".
Kalimatnya yang terakhir ini benar-benar seakan menohok dan memukul perasaan saya.
Apalagi itu dinyatakannya ketika dia tahu saya adalah seorang tamu dari sebuah provinsi di ujung Pulau Sumatera, yang sedang mengikuti acara Diseminasi IMF-WB Annual Meeting 2018.
Dan, event terbesar di sektor keuangan di dunia ini, kali ini tempatnya di Bali. Bukan di daerah saya yang di mata orang lain, mungkin masih terkesan suka ribut-ribut.