Luar Negeri
Jika Rusia Benar-benar Menyerang NATO, Apa yang Akan Terjadi? Begini Skenarionya
Meski demikian tetap saja, negara-negara Barat yang tergabung dalam NATO khawatir suatu hari nanti Rusia akan melakukan invasi.
Di saat sebagian besar rakyat AS mendukung sekutu AS jika terjadi perang, tetapi semuanya tetap menjadi keputusan presiden.
Setelah pencaplokan Smeenanjung Crimea dan keterlibatan dalam konflik Ukraina pada 2014, NATO menambah kekuatannya di tiga negara Baltik yaitu Estonia, Latvia, Lithuania, plus Polandia.
NATO menempatkan empat batalion multinasional di keempat negara itu secara permanen dengan basis rotasi.
Sebagai anggota NATO paling rapuh, keempat negara itu sudah lama khawatir akan meningkatnya niat agresi militer Rusia.
Keempat negara ini juga tahu, jika perang pecah maka merekalah yang paling pertama harus menghadapi kekuatan militer Rusia.
Sebab, jika perang pecah maka Rusia akan langsung mengerahkan militernya melintasi Belarus memasuki Estonia, Latvia, dan Lithuania sambil menjepit Polandia untuk kemudian masuk ke Eropa Barat.
Pasukan Rusia akan menyerang melalui "Celah Suwalki" sebuah wilayah NATO sepanjang 96 kilometer yang terhubung dengan daerah kantong Rusia, Kaliningrad dan Belarus.
Dengan menekan Polandia dan melancarkan serangan misil jarak jauh terhadap fasilitas NATO di Jerman, Rusia bisa menunda semua respon NATO terhadap serangan di Baltik.
Celakanya bagi ketiga negara Baltik itu, kondisi geografis Eropa Timur yang datar membuat operasi defensif amat sulit dilakukan, terutama menghadapi serbuan tank-tank Rusia.
Terpotong dari bantuan NATO, ketiga negara Baltik itu tak akan bertahan lama melawan Rusia.
Beberapa pekan setelah perang pecah, barulah pasukan AS dalam jumlah besar tiba di Eropa dan barulah saat itu NATO bisa melakukan serangan balik.
Saat itulah, Rusia akan menggelar fase kedua strateginya yaitu serangan nuklir.
Sehingga semua respon NATO harus mempertimbangkan kemungkinan penggunaan senjata nuklir ini.
Sebab, jika NATO sudah sepenuhnya bisa memobilisasi pasukannya maka Rusia akan kesulitan memenangkan perang dengan cara konvensional.
Salah satu alasannya adalah perekonomian negara-negara NATO jauh lebih bagus ketimbang Rusia.
Perang jangka panjang akan amat merusak perekonomian Rusia sehingga negeri itu tak punya pilihan lain selain menggunakan senjata nuklirnya.
Namun, serangan nuklir akan memicu balasan serupa dari NATO.
Rusia dengan persenjataanuklirnya akan mengincar fasilitas militer NATO dengan harapan mengurangi kemampuan serangan balasan NATO.
Dan, meski NATO juga akan membalas dengan mengincar fasilitas militer Rusia dengan senjata nuklir yang jelas kehancuran dunia sudah di depan mata.
Semua kemungkinan ini pasti sudah dikalkulasi pemerintah Rusia sehingga kemungkinan negara itu hanya akan menggelar serangan singkat dan agresif untuk merebut negara-negara Baltik.
Setelah berhasil merebut ketiga negara Baltik, Rusia akan memperkuat posisi tawarnya dan mengancam akan menggunakan senjata nuklir.
Tetapi, di saat yang sama Rusia akan mendorong NATO untuk meneken perjanjian damai ketimbang meningkatkan eskalasi konflik yang berpotensi memicu kehancuran dunia.
Jika perdamaian tercapai maka keuntungan ada di tangan Rusia karena mendapatkan wilayah yang luas.
Selain itu Rusia juga memenangkan pertarungan politik dengan menghancurkan prinsip dasar NATO yang dulu berjanji untuk bertarung melindungi semua negara anggotanya.
Jika hal ini terjadi maka kemungkinan akan memicu perpecahan NATO atau setidaknya menghancurkan kepercayaan negara-negara anggota dan melemahkan kekuatan Barat yang merupakan tujuan utama Rusia selama ini.(*)
Baca: Ingin Usianya Jadi 20 Tahun Lebih Muda, Pria Ini Ajukan Tuntutan ke Pengadilan, Ini Alasannya
Baca: Koalisi Sembilan Partai Pertanyakan SK TKD Aceh Jokowi-Maaruf Kota Langsa
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Begini Skenarionya Jika Rusia Benar-benar Menyerang NATO"