MUBES III HUDA
BREAKING NEWS - Tgk HM Yusuf A Wahab (Tu Sop) Terpilih sebagai Ketua HUDA Periode 2018-2023
Dalam musyawarah itu, ada lima figur yang ditetapkan oleh presidium sebagai calon Tanfiz PB HUDA masa khidmat 2018-2023.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Yaitu dipilih dengan jalan musyawarah aklamasi atau voting.
Karena banyak peserta Mubes menginginkan voting, maka proses pemilihan dilangsung dengan jalan voting.
Baca: Sejumlah Organisasi Santri di Aceh Bahu Membahu Sukseskan Mubes III HUDA
Setelah ditetapkan sebagai ketua terpilih, Tu Sop Jeunieb menyampaikan sambutan kepada seluruh utusan wilayah kabupaten/kota yang telah memberi amanah dan kepercayaan kepadanya sehingga terpilih untuk mengembankan amanah kepemimpinan HUDA 2018-2023.
“Ini merupakan amanah yang diserahkan oleh para guru sepuh kepada jajaran pengurus tanfiziyah (pelaksana) yang harus kita laksanakan secara bersama,” ujarnya seperti dikutip Teuku Zulkhairi.
“Karena semua kesuksesan dan keberhasilan HUDA tidak lepas dari kebersamaan dalam mengambil peran untuk kesuksesan kebijakan dan program-program HUDA yang berkaitan dengan kemaslahatan ummat dan negara menuju negeri yang Baldatun Thaibatun wa Rabbun Ghafur,” imbuh Tu Sop.
Setelah berlangsungnya proses pemilihan, peserta Mubes HUDA pada Minggu malam akan melanjutkan dengan penyusunan rekomendasi yang akan dikeluarkan untuk Pemerintah Aceh, pemerintah pusat, dan untuk internal kalangan dayah.
Seminar
Sebelumnya, pada Minggu pagi, Tu Sop menjadi pembicara pada seminar yang merupakan rangkaian Mubes III HUDA.
Seminar ini juga menghadirkan Irjen. Pol. Dr. Gatot Edi Pramono, asisten perencanaan dan anggaran Kapolri sebagai pembicara.
Gatot Edi Pramono berbicara tentang sejarah munculnya radikalisme dan upaya pencegahan yang ditempuh kepolisian.
Sementara Tu Sop menyampaikan tentang ulama dan masyarakat Aceh yang konsisten berpegang teguh dengan Ahlussunnah Waljamaah.
Dalam pemaparannya setelah sesi pemaparan Gatot Edi Pramono, Tu Sop menjelaskan bahwa ulama tetap komit dengan dakwahnya pascakemerdekaan.
Pada saat itu, kata Tu Sop, pendidikan di Aceh hanya ada dayah dan rangkang yang semuanya berada di bawah ulama.
Baca: Ini Kisah Hidup Pauwizah, Camat Perempuan Kuala Batee Sebelum Meninggal, Sosok Pintar dan Baik Hati
Ulama, kata Tu Sop, membimbing semua aspek mulai dari aqidah, kehidupan (fiqh), karakter (tasawuf).
Pada masa awal kemerdekaan, lanjut Tu Sop, dayah hanya bertahan dengan semangat keikhlasan tanpa ada biaya apapun, sehingga dakwahnya kosong karena lemahnya jangkauan yang memiliki silsilah kepada Rasulullah.