Harga Sawit, Jeritan Petani, dan Impian Bupati Akmal Menghubungkan Abdya dengan Sabang
Bupati Abdya, Akmal Ibrahim menilai apa yang telah dilakukan BPKS di Sabang, sangat tidak sesuai dengan harapan.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Untuk diketahui, harga TBS (tandas buah segar) kelapa sawit di Aceh, terpuruk ke level terendah selama delapan bulan terakhir.
Baca: Harga Sawit Anjlok, Mahasiswa Subulussalam Demo Ke Kantor Gubernur Aceh, Ini Tuntutannya
Baca: Petani Sawit Abdya tak Lagi Memanen TBS, Pendapatan Nyaris Habis untuk Biaya Pekerja

Keadaan ini membuat para petani di Abdya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Para petani sawit memilih tidak memanen karena kesulitan menanggung biaya pekerja atau ongkos panen.
Biasanya panen sawit dilakukan secara rutin setiap 15 atau 18 hari sekali.
Ongkos panen berkisar antara Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu per ton TBS.
Sedangkan harga TBS sawit saat ini berkisar antara Rp 720 sampai Rp 750 per kilogram (kg).
“Separuh harga TBS terserap untuk ongkos panen, kemudian ditambah pengeluaran pembersihan dan pemupukan sehingga hasil yang diperoleh nyaris tidak tersisa lagi,” kata Ubat, petani sawit di Babahrot kepada Serambinews.com, Senin (3/12/2018).
Parahnya, anjloknya harga sawit juga membuat sejumlah PNS di Aceh Barat Daya terjerat kredit di bank.
Sebabnya, para PNS itu mengambil kredit di bank untuk membeli kebun sawit, dengan harapan dapat menutupi kreditnya saat panen.
Namun pada kenyataannya, para PNS kewalahan menutupi kreditnya karena harga sawit saat ini anjlok ke level terendah.

Baca: PNS Jadi Korban Gaya Hidup Mewah dan ‘Terjerat’ Kredit, Ini Kebijakan Bupati Abdya Akmal Ibrahim
Baca: Hukum Menggadaikan SK PNS di Bank untuk Dapat Kredit, Simak Penjelasan Ustadz Abdul Somad
Akmal masih ingin banyak bercerita dan menyampaikan harapan-harapannya agar BPKS bisa memberikan manfaat kepada petani sawit di Abdya dan kabupaten lainnya di barat-selatan Aceh.
Namun, karena keadaan yang semakin larut, kami pun berpamitan, meninggalkan Akmal Ibrahim yang terus melanjutkan diskusi dengan puluhan temannya yang datang dari Manggeng.(Zainal Arifin M Nur)