Breaking News

Secara Genetika Suku Bajo Merupakan Penjelajah Air yang Ditakdirkan Jadi Penyelam Terkuat

Saat Anda menahan napas dalam air, tubuh Anda secara otomatis memicu yang disebut dengan respons menyelam.

Editor: Fatimah
Matthieu Paley/National Geographic
Selama berabad-abad, suku Bajo dikenal sebagai penjelajah air. 

SERAMBINEWS.COM - Pernahkah Anda menghitung berapa lama Anda bisa menahan napas di dalam air? Mungkin 10, 20, hingga ratusan detik.

Saat Anda menahan napas dalam air, tubuh Anda secara otomatis memicu yang disebut dengan respons menyelam.

Respons tersebut membuat denyut jantung melambat, pembuluh darah menyempit, dan kontraksi limpa.

Reaksi-reaksi tersebut membantu tubuh untuk menghemat energi saat kita kekurangan oksigen.

Baca: VIDEO - Aceh Tamiang Kembangkan Program Plasma, Pertama di Aceh

Kebanyakan orang hanya bisa menahan napas dalam hitungan detik saja. Tapi, ini tidak berlaku bagi Suku Bajo yang hidupnya berpindah di perairan sekitar Filipina, Malaysia, dan Indonesia.

Mereka bisa melakukan selam bebas atau tanpa bantuan alat selama 13 menit. Bahkan mereka bisa menyelam hingga kedalaman 70 meter.

Dengan kata lain, mereka bisa menahan napas di bawah air selama 13 menit.

Ini mungkin dipengaruhi kebiasaan mereka menyelam untuk menangkap ikan, gurita, hingga kepiting.

Baca: VIDEO - Komunitas “Kami Peduli Bireuen” kembali akan Bedah Rumah Tukang Panjat Kelapa

Uniknya, penyelaman yang setiap hari mereka lakukan ini tanpa bantuan alat modern dan hanya berbekal tombak untuk mendapatkan buruannya.

Kebiasaan suku Bajo yang tak biasa ini mendapat perhatian dari para peneliti.

Salah satunya adalah Melissa Llardo, seorang kandidat doktor di Pusat GeoGenetika, University of Copenhagen.

Llardo penasaran apakah orang-orang suku Bajo telah beradaptasi secara genetis agar bisa menghabiskan waktu lebih lama di dalam air.

Baca: Umat Kristen Ortodoks di Gaza Palestina Rayakan Natal di Tengah Blokade Israel

Untuk itu, Llardo menghabiskan beberapa bulan di Jaya Bakti, Indonesia mengamati suku ini. Dia dibantu oleh seorang penerjemah untuk penelitiannya ini.

Llardo juga membandingkan kebisaan suku Bajo dengan suku lain yang tidak punya kebiasaan menyelam, yaitu suku Saluan.

"Saya menghabiskan seluruh kunjungan pertama saya ke Jaya Bakti untuk memperkenalkan diri, proyek, dan ilmu pengetahuan yang mendasarinya," ujar Llardo dikutip dari AFP, Kamis (19/04/2018).

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved