Robinson Sinurat, Anak Petani yang Berhasil Lulus S2 di Columbia Univesity dan Bertemu Barack Obama
Robinson Sinurat yang akrab dipanggil Obin, berhasil lulus dari universitas prestisius, Columbia, di kota New York, Amerika Serikat.
Selama lima minggu ia digodok di University of Nebraska di kota Omaha, untuk belajar mengenai pengembangan keterlibatan warga (Civic Engagement) dan kepemimpinan.
“Yang pertama itu sih aku merasa bangga, karena aku pola pikirnya berubah, lebih baik, terus leadership skils-nya juga, dan public speaking juga.
Baca: Korban Amuk Gajah Dirujuk ke Banda Aceh
“Karena harus ngomong di depan teman-teman dan yang paling pentingnya lagi adalah aku harus practice bahasa inggris setiap hari sama teman-teman yang lain,” cerita Obin yang pernah bertemu dengan mantan presiden Amerika, Barack Obama saat mengikuti konferensi di Malaysia.
Tahun 2015, Obin kemudian terpilih untuk mengikuti program dari Kemenristekdikti (Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI) untuk pergi ke Ende, Nusa Tenggara Timur.
Dari 45 ribu orang yang mendaftar hanya 33 yang terpilih, termasuk dirinya. Kunjungannya ke Ende kemudian mendatangkan gagasan untuk membuat perpustakaan untuk anak-anak SD, SMP, dan SMA.
Sesuai dengan rencananya, tak lama kemudian Obin memutuskan untuk mendaftar beasiswa untuk studi S2.
“Karena aku dulu waktu pertama kerja aku udah membuat semacam goal satu target, dalam waktu dua tahun aku mau lanjut lagi S2 di bidang sosial.”
Baca: PT Lafarge Cement Indonesia Sumbang 30 Ekor Sapi di Kecamatan Lhoknga dan Leupung
“Karena pekerjaan aku selama ini sosial tapi karena background aku itu fisika kadang orang merasa kalau aku prakteknya udah banyak, cuman di teori enggak ada.
“Nggak ada degreenya di teorinya,” jelas Obin yang juga pernah bekerja untuk organisasi nirlaba American Voices di Indonesia dan mengikuti program Rumah Perubahan Rhenald Kasali.
Melalui beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Pendidikan), Obin berhasil diterima di berbagai universitas di Amerika Serikat, Australia, Belanda dan Inggris.
Dari seluruh universitas yang menerimanya, Obin memutuskan untuk memilih Columbia University, sebuah universitas prestisius atau Ivy League di New York.
Jurusan social work (pekerjaan sosial) menjadi pilihannya.
Sesampainya di Amerika Serikat dan memulai kuliah di tahun 2016, Obin mendapat tantangan baru.
Bacaan yang banyak dan tugas yang menumpuk sempat membuatnya patah semangat dan ‘badan kurus kerempeng.’
Baca: Masjid Bantuan Aceh di Palu segera Dibangun
Tetapi, dengan kemampuan bahasa Inggris yang menurutnya masih menjadi kendala, ia tetap berusaha untuk beradaptasi dengan kehidupan kampus Amerika.
Kali ini strateginya adalah mempersiapkan diri dan berpartisipasi di dalam kelas.
“Aku udah targetin, setiap mata kuliah itu aku at least nanya satu atau jawab 1. Kalau memang bisa lebih lebih bagus, tapi at least 1,” jawabnya.
Menurutnya dosen di Amerika Serikat sudah seperti teman sendiri. Jika ada pertanyaan, boleh langsung mengirim e-mail atau datang ke kantornya di saat jam kerja.
Seperti saat kuliah di Universitas Sriwijiaya dulu, Obin kembali aktif di kampus.
Ia menjadi salah satu tim pemasaran untuk PERMIAS (Perkumpulan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat) dan mendirikan International Student Caucus di kampus bersama teman-temannya.
Cita-cita Obin untuk lulus S2 pun tercapai di tahun 2018. Impian lainnya? Mendatangkan Bapak dan Mamak ke Amerika, dengan hasil tabungannya selama ini.
“Akhirnya tercapailah mimpi aku itu. Aku bilang harus berdua, karena waktu S1 kan cuman (Mamak). Jadi kalau kali ini harus berdua,” paparnya.
Lulus dari Columbia University, Obin kini bekerja di lembaga nirlaba, Queens Community House di New York, sebagai Counseling Specialist.
Baca: Pemberantasan Korupsi Harus Lebih Serius Lagi
Pesan Obin untuk teman-temannya yang lain adalah “Kita harus jujur sama diri kita sendiri, let’s say kalau ada sesuatu yang memang kita enggak sanggup, ya bilang enggak sanggup.”
“Ketika kita jujur dengan diri kita sendiri, kita tahu apa yang harus kita lakukan. Kemudian kita harus berani. Berani untuk melangkah. Untuk take risk. Jadi harus ada yang dikorbankan,” tutupnya. (Liston Damanik/Tribun Medan)
Artikel ini tayang pada Intisari Online dengan judul : Kisah Robinson Sinurat, Anak Petani yang Berhasil Lulus S2 di Columbia Univesity dan Bertemu Barack Obama