Kupi Beungoh
Majelis Hakim dan Jaksa KPK, Pertimbangkanlah Jasa Irwandi
Terpilih sebagai gubernur pertama melalui proses pilkada, Irwandi mewakili teman-teman seperjuangannya di saat perang
Oleh: Asrizal H Asnawi*)
ACEH dalam damai adalah impian setiap makhluk yang ada di Tanah Aulia ini. Suasana yang telah lama didambakan, kini ia sudah menjadi nyata.
Tak ada perang dan desingan peluru senjata, juga tak ada lagi berita di media tentang korban jiwa akibat peluru nyasar. Suasana yang mustahil dihayalkan di masa lalu.
Tapi dengan kehendak Allah, tsunami 26 Desember 2004 mengubah semua cerita dan perdebatan yang seakan tak berujung.
Baca: Nyak Sandang, Garuda Indonesia, dan “Kebaikan’’ Malaysia untuk Aceh

Jalan mustahil itu menjadi kenyataan dan berhujung pada perdamaian Aceh, melalui penandatanganan MoU Helsinki, 15 Agustus 2005 di Finlandia.
Tapi, kini rakyat Aceh dalam duka, salah satu tokoh damai tersandera perkara. Dia ditahan Jakarta dalam perkara yang tidak seberapa.
Irwandi Yusuf namanya, kini hanya ada dalam doa setiap insan di Tanah Aulia ini. Ianya ditahan KPK, dan kami pun tak tahu berapa lama dia harus dihukum penjara.
Terlalu besar jasanya dalam perdamaian Aceh. Ia menjadi bagian dari tim monitoring, hingga terlibat aktif dalam pemotongan senjata, sebagai bukti nyata perang itu sudah reda.
Baca: Generasi Lem Cap Kameng?
Terpilih sebagai gubernur pertama melalui proses pilkada, Irwandi mewakili teman-teman seperjuangannya di saat perang.
Ia telah berhasil meletakkan dasar-dasar pembangunan Aceh yang porak poranda akibat bencana.
Bersama BRR Aceh-Nias, Irwandi membangun infrastruktur maupun kehidupan sosial masyarakatnya.
Untuk diketahui, memimpin Aceh saat itu bukanlah hal mudah. Perlu kecerdasan dan keberanian dalam mengambil kebijakan, di tengah-tengah berbagai macam pemikiran, ide dan gagasan yang ada, ditambah adanya kelompok perjuangan yang menolak damai.
Namun Irwandi Yusuf (bersama Wagub Muhammad Nazar) berhasil menyelesaikan 5 tahun masa kepemimpinannya dengan damai.
Baca: Akhiri Polemik BPKS, Ini Cara Majukan Sabang
Pembangunan berjalan lancar dan rakyat mulai sejahtera. Program JKA dan dana Pendidikan Anak Yatim menjadi andalannya.
Prestasi ini terus terpatri di benak rakyatnya, sehingga pada Pilkada 2017, Irwandi yang berpasangan dengan Nova Iriansyah, dipercaya kembali memimpin Aceh.
Ini adalah kemenangan bersejarah, setelah sebelumnya dia yang berpasangan dengan Muhyan Yunan, kalah di Pilkada 2012 oleh pasangan Zaini Abdullah dan Muzakkir, yang tak lain adalah teman seperjuangannya.
Melihat besarnya perjuangan dan jasa Irwandi bagi rakyat Aceh, maka besar harapan kami rakyat Aceh kepada Majelis Hakim dan Jaksa KPK, untuk menimbang dan mengukur jasa jasanya.
Jangan hanya melihat kondisi Aceh saat ini, tapi pertimbangkanlah siapa yang mengantarkan Aceh hingga bisa seperti saat ini. Itu saja.
Baca: Orang Kecil
Kami tak mau lagi perang, kami ingin damai seperti damainya Bangsamoro di Filipina.
Mereka juga telah merumahkan Nur Misuari dari putusan bersalah karena kasus yang hampir serupa.
Semua dilakukan semata mata demi menjaga iklim damai di Mindanao Filipina.
Selaku wakil rakyat di DPRA, saya adalah lawan debatnya saat pembahasan APBA, baik di forum atau media masa.
Namun ini adalah cerita berbeda, ada rasa kemanusaiaan yang terus mendera.
Di usia yang tak lagi muda, sulit bagi saya menerima kenyataan bila beliau harus dikurung penjara.
Beberapa waktu lalu, santer berita Ustaz Abu Bakar Baasyir telah diupayakan bebas dengan alasan tua, kesehatan dan kemanusiaan.
Baca: Hentikan Utang, Belajarlah dari Krisis Venezuela
Saya pun berharap pahlawan rakyat Aceh Irwandi Yusuf, bisa dibebaskan dari segala tuntutan dan kembali jadi jiwa merdeka, tanpa status tersangka.
Namun pasal lain kembali mencuat ke permukaan, KPK mengangkat perkara BPKS Sabang untuk alat sandera. Maka menjadi tipislah harapan kami untuk beliau bisa kembali pulang.
Namun, satu saja permintaan kami pada Hakim dan Jaksa KPK, bila memang Irwandi divonis bersalah atas perbuatannya, maka cukup rumahnya sajalah yang menjadi penjara.
Karena memang tak terkira jasa-jasanya, tak terkira kebaikannya, dan tak terkira upanya menjaga Aceh untuk tetap ada dalam peta Nusantara, Indonesia Tercinta.
*) PENULIS, Asrizal H Asnawi adalah Anggota DPR Aceh dari Partai Amanat Nasional (PAN).
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.