Opini
‘Aceh Lon Sayang’
SURAT ini saya tulis untuk menyikapi persoalan Aceh kini, terutama dalam masalah kemiskinan yang mendera masyarakat
Sebagai masukan
Surat terbuka ini tidak bermaksud menggugat otoritas kepemimpinan Plt Gubernur Aceh saat ini, juga tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan. Tapi terpaksa saya kirim sebagai masukan dan gugahan. Mungkin pejabat setingkat Sekda, staf ahli, para asisten, SKPA, timses atau siapapun mereka, enggan menegur dan mengoreksi pemimpinnya, kebanyakan malah memuji dan menyanjung-nyanjung yang sebenarnya sangat berpotensi dapat menimbulkan benih keangkuhan dan akhlak yang buruk pada diri pemimpin tersebut.
Di samping itu, surat ini juga sangat penting artinya sebagai catatan “Aceh Lon Sayang” kepada Gubernur Aceh sebagai upaya amar ma’ruf nahi mungkar. Pemimpin yang menjadi imam rakyat, karena kepadanya mata dan harapan masyarakat tertuju. Masyarakat sebagai umat dimana aktivitas dan upaya-upaya imam harus tertuju demi kemashlahatan mereka. Karena imam diangkat oleh umat maka ia berkewajiban membela seluruh umat, seluruh anggota masyarakat, Seperti pidato khalifah Abubakar, “Yang lemah di antara kalian, kuat di mata saya, hingga saya menyerahkan kembali haknya kepadanya, dan yang kuat di antara kamu, lemah dimata saya, hingga saya mengambil kembali hak orang lain yang ada padanya”.
Oleh karena itu Plt Gubernur yang terhormat, sebagai pemimpin di wilayah syariat, anda harus benar-benar cerdas memahami konsep syariah dalam mensejahterakan dan memberikan keadilan bagi rakyat Aceh. Di penghujung surat ini, saya juga ingin menyampaikan sebuah hadis Nabi Muhammad saw sebagai renungan bahwa “Ada tiga dari sekian sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin, yaitu ketaqwaan untuk menuai keberkahan dan menangkal pelanggaran, kelapangan dada yang melahirkan simpati rakyat dan kemampuan pemimpin sehingga menjadi bapak bagi anak-anaknya.”
Akhirnya dengan kesadaran dan political will Gubernur Aceh saat ini, maka penulis sangat yakin lirik syair “Aceh Lon Sayang” nantinya akan berganti menjadi “Aceh Lon Senang”, karena Aceh telah menjadi nanggroe jang hana phang-phoe, hana ruyang-rayoe, hana deuk-troe, dan hana saket-asoe. Wallahu a’lam.
* Dr. H. Munawar A. Djalil, MA., PNS di lingkungan Pemerintah Aceh dan pemerhati masalah sosial keagamaan, tinggal di Gampong Ateuk Jawo, Banda Aceh. Email: agampatra@yahoo.com
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/kemiskinan_20170829_201753.jpg)