NASA Kecam India Tembak Satelit Pakai Rudal, Serpihannya Ancam Stasiun Luar Angkasa Internasional
Kepingan sampah luar angkasa itu disebut telah meningkatkan risiko bahaya yang dihadapi para astronot di ISS.
Aksi India menghancurkan sebuah satelit dengan menggunakan misil menciptakan ratusan keping "sampah angkasa" juga mendapat kecaman dari guru besar undang-undang angkasa luar di Universitas Nebraska-Lincoln, Frans von der Dunk.
Kondisi ini berpotensi menciptakan bahaya yang selama ini dihindari negara-negara yang sudah lama menjelajah angkasa luar.
"Sayangnya, tak ada aturan legal internasional yang melarang penciptaan sampah angkasa semacam ini," kata Frans von der Dunk, guru besar undang-undang angkasa luar di Universitas Nebraska-Lincoln.
Namun, di saat yang sama uji coba itu juga melanggar Perjanjian Angkasa Luar 1967 karena India tidak menginformasikan terlebih dulu rencana uji coba ke negara lain.
"Sebab, uji coba itu bisa saja mengganggu operasi satelit lainnya," tambah Von der Dunk.
"Uji coba semacam ini tidak sesuai tren dan semangat hukum internasional yang selama inin bergerak maju untuk mencapai kewajiban legal internasional mencegah aktivitas yang menciptakan sampah angkasa," tambah dia.
Sejak 2002, negara-negara adidaya dalam urusan angkasa luar sudah mengikuti aturan informal untuk menghindari terbentuknya sampah angkasa.
Dan, PBB pun sudah mendorong sebuah resolusi yang sejalan dengan masalah tersebut.
Amerika Serikat juga mengkritik aksi uji coba senjata anti-satelit yang dilakukan India.
"Kita semua tingga di angkasa. Mari jangan kotori angkasa luar," kata penjabat Menhan AS Patrick Shanahan.
Sebelumnya, PM India Narendra Modi mengatakan, satelit itu berada di ketinggian 300 kilometer saat ditembak.
Ketinggian satelit itu lebih rendah ketimbang posisi Stasiun Angkasa Internasional (ISS) dan puluhuan satelit lainya yang berada di ketinggian 410 kilometer.
Bahaya sampah angkasa itu bukan potensinya jatuh ke Bumi tetapi adanya kemungkinan bertabrakan dengan satelit yang tengah mengorbit.
Sampah angkasa terkecil sekali pun jika bergerak dengan kecepatan tinggi bisa membuat sebuah satelit rusak parah.
Sebagian besar sampah angkasa yang disebabkan uji coba India ini akan tetap berada di orbit selama beberapa pekan sebelum gravitasi Bumi menariknya dan hancur saat memasuki atmosfer.