Kisah Anak Penjual Sayur yang Alami Gangguan Saraf Usus dan Gizi Buruk, Kini Dirawat di RSUZA
Ahmatul Fajri (3,5) terus menangis siang malam menahan perih dan sakit. Sekali-kali ia meronta sambil mencopot selang infus dan perban di tubuhnya.
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Taufik Hidayat
Oleh pihak RS, dari IGD mereka langsung dirujuk ke RSUZA. Melihat kondisi anaknya yang semakin kritis, kedua orang tua pun menyutujui dirujuk.
Sehingga akhirnya Ahmatul dirawat di Banda Aceh. Selama di RSUZA, Maisarah mengaku jika anaknya mendapat perhatian yang bagus dari tim medis.
Baca: Pasien RSUZA Mengeluh Kepanasan
Baca: Setelah Diusul SP3 oleh Kejati Aceh, Kini Kasus CT Scan RSUZA Jadi Bahan Korsup KPK
Baca: Jaksa Agung belum Respon Usulan Kajati Aceh, Terkait Permintaan Penghentian Kasus CT Scan RSUZA
Katanya, selama ini anaknya memang terus-terusan menangis, karena ia menahan sakit di perutnya.
Sehingga Maisarah dan suami yang hanya berdua menjaga anaknya, keseringan tidak tidur jika malam.
Salah satu kendala selama anaknya dirawat di Banda Aceh, mereka memang tidak memiliki uang sama sekali untuk kebutuhan hidup.
Meskipun semua biaya pengobatan ditanggung BPJS Kesehatan. Namun mereka butuh uang untuk biaya hidup atau makan, kebutuhan nutrisi anaknya, hingga untuk membeli pampers anaknya yang tidak ditanggung dalam asuransi.
"Meskipun tidak ada uang, kami bertahan. Saya berharap ada keajaiban untuk dia (Ahmatul), semoga dia cepat sembuh. Saat ini saya sering menelpon orang yang saya kenal, minta bantu kerja apa saja buat ayahnya," jelas Maisarah.
Baca: Lima Desa Terdampak Erosi Krueng Babahrot, Pemkab Abdya Didesak Bangun Tanggul Pengaman Tebing
Baca: Kwik Kian Gie Ungkap Hanya Ada 3 Presiden yang Berani Berperang Melawan Asing, Siapa Saja?
Baca: VIDEO - Derita Ahmatul Fajri di Tengah Sulitnya Perekonomian Orang Tua
Menurutnya, selama ini untuk kebutuhan anaknya juga ada dibantu secara pribadi oleh dokter maupun perawat di rumah sakit itu.
Sedangkan biaya hidup mereka sering dibantu oleh keluarga pasien yang satu ruangan.
Sejak beberapa hari lalu, kabar tentang anaknya dirawat mulai menyebar dan diketahui orang. Akhirnya mereka kedatangan tamu yang menjenguk sambil memberi sedikit bantuan agar mereka dapat bertahan di Banda Aceh sambil merawat anaknya.
"Sebenarnya saya malu diberikan begini, makanya saya tanya-tanya ke orang kalau ada kerja yang bisa dilakukan, ayahnya biarlah bekerja untuk mencari uang. Karena kalau pulang ke kampung belum mungkin," tandas Maisarah sambil meneteskan air mata.(*)