Jurnalisme Warga
Tapaktuan, Kota Seribu Masjid
Malam Rabu lalu sekitar pukul 22.00 WIB, saya berangkat dari Banda Aceh menuju Tapaktuan dengan minibus
Ada Masjid Agung Istiqamah di pusat Kota Tapaktuan yang berdiri dengan megahnya. Didominasi warna oranye, masjid ini sedikit mirip Masjid Agung di Meulaboh. Di sini tempat ditempanya para santri tahfiz penghafal Alquran. Kata Bang Yudi, di masjid ini setiap selesai shalat Magrib para santri yang berasrama di dekat masjid tersebut mulai “pasang kuda-kuda” untuk fokus menghafal ayat-ayat Quran dan menyetor hafalannya kepada ustaz dan ustazah. Minimal hafalan Juz ‘Amma (Juz 30). Pada kesempatan di malam itu, saya shalat Magrib dan Isya di masjid ini.
Tak jauh dari Masjid Agung Istiqamah, kira-kira tak sampai 500 meter, ada Masjid Tuo yang dindingnya terbuat dari kayu. Masjid ini merupakan masjid tua yang ada di Kota Tapaktuan.
Masjid merupakan simbol religiositas umat Islam di suatu wilayah. Di samping sebagai tempat ibadah, masjid juga merupakan pusat penghimpunan kekuatan umat di berbagai bidang. Dilihat dari banyaknya masjid yang dibangun berdekatan di kota ini, walaupun tidak selalu menjamin kualitas masjid itu sendiri, dan juga tidak menjamin banyaknya jamaah yang shalat di masjid itu, setidaknya hal itu menggambarkan nilai ketaatan masyarakat setempat yang tercermin dari tekad mereka dalam membangun masjid dan memakmurkan rumah Allah.
Harapan kita semua, tentu saja, masjid bukan hanya sekadar simbol ketaatan umat Islam dalam menjalankan kewajibannya, tetapi juga menjadi titik awal dalam menyusun strategi pembangunan di berbagai bidang, demi kesejahteraan masyarakat di masa yang akan datang.