Para Perempuan dan Anak-anak Kelompok ISIS yang Telah Kalah di Kamp Al-Hol

Di dalamnya hidup para perempuan dan anak-anak kelompok ISIS yang telah kalah, dicampakkan para suami, diabaikan khalifah dan pemerintah mereka.

Editor: Fatimah
FADEL SENNA/AFP
Dalam kondisi serba terbatas, sejumlah kaum perempuan Suriah — yang pernah bergabung dengan suaminya dengan kelompok ISIS di Suriah — berusaha menjalani kesehariannya. 

Balita yang menjadi korban

ISIS menjadikan keluarga kelompok mereka sebagai barisan pertahanan terakhir.

"Dalam satu hari, setidaknya 2.000 orang tewas," ujar seorang bocah laki-laki asal Irak yang selamat dari berbagai serangan kepada saya. "ISIS memarkirkan kendaraan di antara tenda-tenda keluarga. Kami tahu bahwa kendaraan menjadi sasaran serangan, maka kami bilang kepada mereka untuk memindahkan kendaraan-kendaraan itu. Tapi mereka tidak melakukannya, dan semua kendaraan itu meledak."

Baca: Akibat Saling Ejek, Seorang Pemuda Bener Meriah Ditusuk di Dada

Ketika pertempuran usai, kawasan Baghouz dibersihkan dari mayat-mayat yang tercecer sebelum awak media tiba.

'Warga' ISIS bukan hanya para prajurit di medan perang. Mereka membawa serta perempuan, anak-anak, hingga sanak saudara bersama mereka.

Nour adalah korban dari kekacauan itu. Ia terbaring di tempat tidur di klinik Red Crescent di kamp tersebut. Bocah berusia enam tahun itu tertembak di bagian wajah.

Hal itu terjadi 15 hari lalu, dan sejak itu ia baru menerima pengobatan ringan. Pipinya membengkak dan giginya rontok. Rasa sakit tampaknya menjadi hal yang sudah biasa ia alami, karena ia hanya menjerit saat tubuhnya dipindahkan.

Baca: Dyah Erti: Ayo Menangkan Persaingan Global dengan Menjaga Kualitas

Rentetan tembakan penembak jitu yang menembus tendanya di Baghouz. Ia tengah bersembunyi bersama keluarganya, bagian dari pasukan garis keras yang bertahan dengan ISIS hingga akhir.

Di Al-Hol, banyak di antara mereka yang terluka adalah anak-anak. Ibunda Nour, yang berasal dari dari Turkmenistan, terlalu sakit untuk bisa berdiri. Ia meringkuk di sisinya, di samping Nour, tertatih-tatih di tepi tempat tidur. Suaminya yang petempur ISIS telah tewas.

Kondisi Nour memerlukan penanganan segera dan ia pun lantas dibawa ke rumah sakit di kota Hassakeh. Kini, tempat tidur klinik itu kosong dan seorang pasien lain di tempat di atas lapisan kulit hitamnya.

Baca: Jokowi Temui Raja Salman, Setelah Itu Dilanjutkan Ibadah Umrah

Kehadiran Asma, sang pasien baru, hampir tidak terasa sama sekali: ia sangat lemah, hampir transparan. Terlalu lemah untuk menangis, ia tampak baru berumur beberapa hari.

Nyatanya, ia sudah berusia enam bulan. Saudari perempuannya, berdiri menatap ke bawah, ke arahnya. Sementara pasukan ISIS bertempur hingga titik darah penghabisan, keluarganya pun menderita kelaparan.

Kekhalifahan yang terlunta-lunta

Sekitar 169 anak meninggal dunia sejak melarikan diri dari Baghouz - anak-anak tanpa dosa. Mereka yang masih bertahan terancam berbagai penyakit. Dan masih ada bahaya besar yang tampaknya terabaikan negara-negara Barat.

Mereka masih berada di bawah pengasuhan orang tua mereka yang notabene ekstrimis, sementara paham kebencian yang tertanam di diri mereka tidak dibersihkan atau dididik ulang - itu semua dibiarkan membusuk.

Baca: Amankan Pemilu, Personel Kodim 0114 Aceh Jaya Gelar Apel Luar Biasa dan Doa Bersama

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved