Kupi Beungoh
Singkirkan Dendam, Mari Berpolitik Riang Gembira
Bukan salah Jokowi, bukan salah Prabowo. Yang salah adalah rasa ketakutan yang ada di hati kecil kita semua.
Momentum merestorasi kepemimpinan kita, jika dianggap layak dan prorakyat, mari pertahankan.
Tapi jika sebaliknya, mari kita tenggelamkan!
Nah untuk memastikan terwujudnya pemilu yang bersih, transparan, dan berintegritas dari sisi penyelenggaraan dan penyelenggaranya, maka mari bergotong royong untuk melakukan pengawasan agar pileg dan pilpres mendapatkan legitimasi dari rakyat.
Baca: Viral! Pendukung Jokowi Vs Prabowo Taruhan Tanah 1 Hektar, Apa Motifnya?
Baca: Kepentingan Aceh dan ‘The Winning President’
Kampreto versus Cebonger’s
Hampir kurun waktu satu tahun perbedaan pilihan politik kita menjadikan keadaaan menegang dan merusak persaudaraan.
Bukan salah Jokowi, bukan salah Prabowo. Yang salah adalah rasa ketakutan yang ada di hati kecil kita semua.
Bahkan Situasi ini terjadi di semua elemen masyarakat seperti di dalam rumah tangga, di desa bahkan di kota besar sekalipun yang mayoritas penduduknya hiterogen.
Tak jarang di setiap pembicaraan fitnah, hoax, ujaran kebenciaan, tumbuh subur di tengah kehidupan kita.
Semuanya akibat fanatisme buta yang telah menghilangkan ‘’rasa’’ kita sebagai manusia.
Proses edukasi kampanye sebagai bagian dari proses politik yang melahirkan pemimpin, yang mestinya mengadu visi misi, program kerja, gagasan telah berubah menjadi ajang caci maki dan ‘ladang’ menebar dosa di antara sesama kita.
Baca: Ustadz Abdul Somad Difitnah Terima Rumah dari Prabowo, Sahabatnya di Aceh Ungkap Sosok UAS
Baca: Difitnah Usai Bertemu Prabowo, Ustaz Abdul Somad: Menjadi Marah Hanya Karena Berbeda Pilihan
Lakap kampret dan cebong menggurita bahkan secara tidak sadar telah merusak nilai-nilai sosial dan sendi-sendi kehidupan.
Kita lupa ajaran leluhur kita bahwa tiap-tiap perkataan adalah doa.
Kita khawatir lakap kampret dan cebong akan lazim dan lumrah bagi anak cucu kita kelak.
Lantas siapa yang akan bertanggung jawab?
Pertanyaan sederhana, tapi jawabannya ada pada pribadi kita. Situasi yang mengkhawatirkan dan membahayakan generasi bangsa.