Kupi Beungoh
Fenomena Haji Uma
Sosok calon incumbent (petahana) yang biasa disapa Haji Uma ini memang benar-benar fenomenal.
Perolehan suara Haji Uma pada Pemilu 2019 ini diprediksi mencapai 400-500 ribu, melampui dua sampai tiga kali lipat perolehan suaranya pada Pemilu 2014 yang hanya di angka 130 ribu suara.
Perkiraan ini tidak berlebihan, karena nama Haji Uma sangat sering terdengar saat menjelang pencoblosan, hingga saat penghitungan suara di kota hingga kampung-kampung pedalaman Aceh.
Saya memberikan contoh cerita sahabat saya Ridha Yuadi, tentang bagaimana nyak-nyak (emak-emak) di pedalaman Kabupaten Pidie, sangat tidak goyah menyebut nama Haji Uma, ketika ditanya pilihannya untuk calon Anggota DPD RI.
Dari mana mereka mendengar nama Haji Uma sebagai bapaknya para TKI dan orang miskin di Aceh?
Padahal, nyak-nyak di kampung pedalaman ini tidak memegang handphone untuk memantau media online dan media sosial yang kerap memberitakan kerja Haji Uma.
Mungkin, inilah yang disebut kekuatan langit.
Tentunya tanpa menafikan kerja timnya di seluruh Aceh. Karena saya sangat yakin, sebagian besar tim Haji Uma ini bekerja ikhlas.
Allah akan menolong hamba-NYA yang bekerja ikhlas menolong orang-orang yang membutuhkan.
Tetaplah Istiqamah
Mengakhiri tulisan ini, penulis ingin memberikan beberapa catatan kepada Haji Uma dan timnya.
Ingatlah bahwa hasil fenomenal yang diraih dalam Pemilu 2019 ini bisa menjadi pisau bermata dua.
Jika Haji Uma bersama timnya bisa menjaga sikap dan tetap istiqamah membela dan membantu rakyat miskin, bukan tidak mungkin harapan banyak warganet agar Haji Uma maju sebagai calon gubernur Aceh akan menjadi kenyataan.
Sebaliknya, jika hasil ini membuat Haji Uma dan timnya jumawa dan melupakan rakyat miskin, maka bisa dipastikan, karir Haji Uma akan segera meredup dan menjadi bahan gunjingan masyarakat.
Prediksi kedua ini bukan hal yang mustahil terjadi. Karena kita telah banyak melihat buktinya. Bagaimana rakyat Aceh kehilangan satu per satu tokoh idola mereka yang “memudar” akibat kilauan cahaya fatamorgana HTW (harta, tahta, dan wanita).
Sebagai mantan pengurus Majelis Adat Aceh (MAA) dan pemerhati seni dan budaya Aceh, saya sangat bangga dengan kinerja Haji Uma yang telah ikut mengharumkan nama seniman.
Sebagaimana kebanyakan rakyat Aceh, saya juga ikut berharap Haji Uma tetap istiqamah bekerja membantu rakyat miskin dan orang-orang yang membutuhkan.
Jangan pernah jumawa, karena Allah akan memberikan dan mencabut kekuasaan dari siapa saja yang dikehendakinya.
Ingatlah selalu Firmah Allah Swt dalam sebagaimana termuat dalam Surat Ali Imran ayat 26.
“Wahai Rabb Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Melalui tulisan ini juga saya berharap akan banyak pejabat Aceh, terutama para senator dan anggota DPR RI, DPRA, dan DPRK di Aceh, yang mengikuti jejak Haji Uma membantu fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Mungkin tidak dengan gaya Haji Uma, tapi boleh dengan cara dan jalan masing-masing. Karena Allah pasti akan membalas setiap kebaikan hamba-NYA.
Selamat bertugas dan bekerja Haji Uma dan seluruh caleg yang terpilih dalam Pemilu 2019.
Semoga tetap istiqamah berjuang di jalan Allah. Amiin ya Rabbal Alamin.

*) PENULIS, Tarmizi A Hamid, mantan pengurus Majelis Adat Aceh (MAA), kolektor naskah kuno Aceh, dan pemerhati seni dan budaya Aceh.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.