Arsip
Hari Ini 20 Tahun Lalu, PPRM Diserang, 4 Tewas, Termasuk Dokter yang Sedang Hamil
Berita tentang peristiwa ini diturunkan sebagai laporan utara (headline) Harian Serambi Indonesia edisi 26 Mei 1999.
Rombongan itu bertolak sekitar pukul 09.30 WIB. Mereka terdiri dari personil dari Puskesmas yang total berjumlah 19 orang. Dengan menggunakan sebuah truk militer milik PPRM yang disopiri Bharada Dominggus satuan ini menuju lokasi penembakan misterius seperti dilaporkan kades setempat.
Namun, baru setengah perjalanan, di kawasan bertanjakan Desa Cot Kruet, secara mendadak truk tersebut diberondong dengan tembakan beruntun dari atas bukit oleh sekelompok orang bersenjata. Beberapa saksi mata mengaku melihat si penembak ada yang mengenakan seragam loreng.
Keterangan lain menyebutkan, saat diserang, truk tersebut sedang mogok, setelah sempat tersendat-sendat di tanjakan. Karena truk berhenti, beberapa penumpang turun. Pada saat itulah serangan dari arah semak belukar terjadi.
Serangan datang dari perbukitan yang terlindungi rimbunan pohon. Akibat serangan itu empat orang yang duduk di depan tewas. Sedangkan seluruh anggota PPRM, anggota Polsek, dan tim medis yang duduk di bagian belakang mengalami luka-luka.
Namun, di antara kekuatan 19 orang personil itu, dua orang berhasil menyelamatkan diri ke perkampungan penduduk sambil melepaskan tembakan ke arah penembak gelap.
Kedua anggota TNI yang selamat, berhasil lolos dari siraman peluru adalah Pratu Yuwono dan Prada Sugito. Berbeda dengan rekannya, Sugito mengalami sedikit luka di bagian selangkangannya akibat rekoset muntahan peluru saat berada di dalam truk.
Kedua anggota Makoramil itu dibantu masyarakat dibonceng dengan sepeda motor menuju Peudada untuk meminta bantuan.
Tak berapa lama kemudian bantuan itu pun datang dan semua korban luka termasuk yang tewas dilarikan ke Puskesmas Peudada dan Rumah Sakit Umum Bireuen.
Baca: SBY: Berdosa Kita Kalau Usai Konflik Aceh tak Sejahtera
Panik
Mendapat tugas dadakan tersebut, suasana di RSU Bireuen menjadi sibuk dan panik. Masyarakat berdatangan ke RSU untuk melihat siapa yang korban.
Akibatnya, penanganan korban oleh tim medis terganggu. Beberapa anggota Satgana Aceh Utara turut membantu tim medis RSU Bireuen.
Ketiadaan dokter ahli bedah di RS itu, membuat bantuan yang diberikan jadi terbatas.


"Kita hanya memberi bantuan pertama untuk mencegah pendarahan yang lebih berat. Untuk operasi, kita harus merujuk ke rumah di sakit di Lhokseumawe," ujar Direktur RSU Bireuen, dr Syahrizal.
Sekitar pukul 15.00 WIB, seluruh korban berhasil dirujuk ke rumah sakit di Lhokseumawe menggunakan sekitar empat ambulan.
Dalam suasana panik tersebut, mobil ambulan mengalami kecelakaan di kawasan Kota Bireuen. Ambulan yang hendak mengangkut korban tersebut menabrak seorang pengguna jalan hingga harus diangkut ke rumah sakit.