Berita Abdya
Jadwal Turun Sawah Sudah Dimulai Dua Bulan Lalu, Petani Enam Desa di Abdya belum Bisa Garap Lahan
Jadwal turun ke sawah Musim Tanam (MT) Gadu 2019 di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) sudah dicanangkan sejak dua bulan lalu.
Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Yusmadi
Laporan Zainun Yusuf | Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Jadwal turun ke sawah Musim Tanam (MT) Gadu 2019 di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) sudah dicanangkan sejak dua bulan lalu.
Kenyataanya, areal sawah di sejumlah lokasi tidak bisa digarap petani akibat terhenti suplai kebutuhan air sawah.
Paling tidak, hingga Rabu (7/8/2019) terdata areal sawah di enam desa di Kecamatan Setia dan Tangan-Tangan, tidak bisa olah akibat pasokan air terhenti.
Peristiwa tersebut disebabkan debit air irigasi teknis menurun drastis, petani tidak tertib menggunakan air dan kekeringan sungai kecil yang diandalkan selama ini kekeringan akibat dilanda kemarau.
Amatan Serambinews.com, di Kecamatan Setia areal sawah yang belum bisa digarap di tiga desa, yaitu Cinta Makmur, Moen Mameh, dan Tangan-Tangan Cut.
“Areal sawah di tiga tersebut belum digarap sama sekali, padahal jadwal turun ke sawah dimulai sejak dua bulan lalu,” kata Keuchik Gampong Cinta Makmur, Junaidi, Rabu (7/8/2019).
Sedangkan di Kecamatan Tangan-Tangan, sawah yang bisa digarap petani juga di tiga desa adalah Kuta Bak Drien, Ie Lhop dan Blang Padang.
Baca: Abdya Sediakan 56 Unit Traktor, Sukseskan Olah Lahan Musim Tanam Gadu 2019
Baca: Musim Tanam Terganggu Cuaca
Baca: Pemkab Abdya Sediakan 745 Hektare Lahan untuk KEK Surin
“Paling parah adalah sawah Kuta Bak Drien karena permukaan sawah kering kerontang sehinga bisa dlintasi kendaraan bermotor,” kata Keuchik Gampong Kuta Bak Drien, Syarkani kepada Serambinews.com.
Keuchik Gampong Cinta Makmur, Junaidi mengatakan, selama ini petani mengandalkan supali air dari Irigasi Teknis Krueng Susoh, disamping air dari irigasi Krueng Suak di Desa Lhang serta air dari beberapa alur (sungai kecil) kawasan tersebut.
Tapi suplai air dari irigasi teknis Krueng Susoh sudah terhenti karena habis dipakai petani menggarap lahan kawasan Babah Lhok, Alue Mangota, Alue Dama dan Pisang.
Sedangkan sungai kecil di Desa Tangan-Tangan Cut/ Cinta Makmur yang selama ini menjadi sumber air sawah kawasan setempat juga sudah kering akibat dilanda kemarau sekian lama.
Peristiwa terhenti pasokan air sawah dikatakan sangat meresahkan para petani di tiga desa tersebut dikarenakan penanaman padi menjadi terlambat.
Sebab, areal sawah desa tetangga hamir tuntas diolah para petani antara lain sawah Desa Lhang.
“Saat ini, sesuai jadwal sudah masuk tahapan tabur benih, kenyataannya sawah belum bisa diolah sama sekali,” kata Keuchik Gampong Cinta Makmur.
Berita seputar Abdya
Baca: Bupati Konsul ke Kejari, Soal Dana Hibah untuk AKN Abdya
Baca: Bupati Abdya Minta Pendapat Hukum dari Kejaksaan Terkait Dana Hibah AKN Rp 3 Miliar, Ini Alasannya
Baca: Abdya Sediakan 10 Beasiswa ke Timur Tengah, Pendaftar Baru Tiga Mahasiswa
Keterlambatan tanam dikhawatirkan tanaman padi nantinya sangat rentan serangan hama atau penyakit.
Sementara Keuchik Gampong Kuta Bak Drien, Syarkani menjelaskan, areal sawah setempat hanya mengandalkan suplai air dari sungai kecil (alur) Kuta Bak Drien.
Namun, sungai kecil yang menjadi andalan itu sudah mengering dilanda kemarau.
Sedangkan jaringan irigasi Krueng Susoh belum menjangkau kawasan itu.
Demikian juga jaringan Irigasi Tangan-Tangan di Desa Adan.
“Petani di sini (Kuta Bak Drien), mengandalkan pasokan air sawah dari sungai kecil. Kalau sungai kering, petani bisa menggarap lahan dan baru bisa diolah setelah hujan turun sehingga sungai kecil itu berfungsi kembali,” katanya.
Sedangkan sebagian areal sawah Desa Ie Lhop mengandalkan suplai air dari Irigasi Krueng Susoh, tapi saat ini terhenti total.
Akan halnya, sawah Desa Blang Padang mendapat pasokan air dari Tangan-Tangan di Desa Adan, namun pasokan air berkurang akibat debit air sungai Tangan-Tangan menurun drastis. (*)