Didong

Seniman Patung Ternama Yogyakarta, Dunadi, Ikut Berdidong Bersama Pegayon dan Diawali Mantra Kopi

Pertunjukan diawali upacara minum kopi, didahului pembacaan "doani kupi" atau mantra kopi secara besama-sama.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/FIKAR W EDA
Pertunjukan tari Guel dan Didong di taman nol kilometer Yogyakarta oleh Sanggar Pegayon dan Rangkaian Bunga Kopi. 

Pertunjukan diawali upacara minum kopi, didahului pembacaan "doani kupi" atau mantra kopi secara besama-sama.

Seniman Patung Ternama Yogyakarta, Dunadi, Ikut Berdidong Bersama Pegayon dan Diawali Mantra Kopi

Laporan Fikar W Eda | Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA -  Seniman patung Indonesia, Dunadi, yang juga pemilik Pendhapa Art Space Yogyakarta, dan sejumlah seniman Yogya lainnya, ikut berdidong dan ngopi bersama sebagai bagian dari rangkaian panggung Ekspedisi Seni Kopi Gayo di Pendhapa Art Space, Selasa (3/9/2019) malam.

Pertunjukan diawali upacara minum kopi, didahului pembacaan "doani kupi" atau mantra kopi secara besama-sama.

Selanjutnya pertunjukan diisi dendang puisi didong, menari, bermusik dan membaca puisi serta berkisah tentang perjalanan kopi tanah Gayo sampai ke Jawa yang diantarkan PMTOH, bus legendaris asal Aceh yang membuka trayek pertama sekali ke Solo dan Yogyakarta pada 1986.

Sanggar Pegayon membawakan didong kopi dan memainkan alat musik canang serta bertari guel.

Kemudian diikuti penampilan Rangkaian Bunga Kopi yang dimotori Yoppi Andri Yoyok Harnes, Fikar W Eda, Rizki Dwisaputra dan Kang Didin yang bergabung secara spontan.

Winoto Gayo pemilik Orom Kopi Gayo, membagikan gratis seratus cup kopi kepada pengunjung untuk diminum bersama.

Baca: Ular Piton Sepanjang 4 Meter Jadi Santapan Warga Usai Ditangkap, Sering Memangsa Ayam dan Kucing

Baca: Licik, Israel Gunakan Boneka Maneken untuk Permalukan Pasukan Hezbollah, Satu Negara Kompak

Baca: Selain Tewaskan Hambali, Kebakaran Rumah di Sawang juga Lahap Habis Ijazah dan Harta Lainnya

Pertunjukan Ekspedisi Seni Kopi Gayo Trans Sumatera dan Jawa itu mengisahkan riwayat perjalanan kopi Gayo dan tradisi menampi kopi, menumbuk, kopi dan sangrai kopi.

Semua dihadirkan dalam satu panggung yang diperagakan dengan baik oleh Devie, Tari, dan Gustira yang mengenakan kelubung atau penutup kepala wanita Gayo.

Sanggar Pegayong yang mendendangkan didong kopi terdiri atas Ceh Mulia, Ajli, Hendri, Ikmal, Heri, Mirda, Alda, Riyal, dibantu tiga mahasiswa Gayo di Yogyakarta, Lutfi, Alex dan Tamtam.

Seniman asal Tanjung Balai Sumut, Rifki Melodi Kursi, membawakan puisi "Srigala Kopi" dalam bentuk karya musikalisasi puisi.

Hadir menyaksikan pertunjukan yang berlangsung sampai menjelang tengah malam, perupa asal Aceh yang bermukim di Yogyakarta, Mahdi Abdullah dan puluhan mahasiswa seni dan mahasiswa asal Aceh dan Gayo yang kuliah di Yogyakarta.

Pematung Dumadi, mengaku menikmati pertunjukan tersebut dan ikut merasakan kegembiraan saat berdidong bersama.

Ia bersama-sama dengan sejumlah penonton, ikut masuk dalam lingkaran didong dan bertepuk didong bersama.

Didong adalah kesenian Gayo berisi puisi yang didendangkan dalam iringan tepuk tangan dan bantal kecil. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved