Pemilu 2029

Mafindo Ungkap Tantangan Pemilu 2029 Terancam Deepfake dan Isu SARA: Ini Skenario Terburuk

Direktur Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho memaparkan potensi tantangan yang dapat muncul pada Pemilu 2029.

Editor: Amirullah
TribunJogja
Pemilu 2029 Terancam Deepfake dan Isu SARA 

Ringkasan Berita:
  • Mafindo memperingatkan skenario terburuk bila teknologi AI (khususnya deepfake) bersatu dengan isu SARA dan tensi politik.
  • Meski Pemilu 2024 penuh hoaks, dampaknya dinilai lebih ringan dibanding 2014–2019. 
  • Mafindo dan Bawaslu menekankan pentingnya kolaborasi dengan Komdigi, BSSN, serta para ahli teknologi. 

 

SERAMBINEWS.COM - Mafindo memperingatkan skenario paling mengerikan: deepfake, isu SARA, kontestasi politik tiga bom disinformasi yang bisa meledak bersamaan.

Negara lain saja tumbang hanya oleh deepfake.

Bagaimana jika Indonesia menghadapi kombinasi yang jauh lebih berbahaya?

Apakah Pemilu 2029 berpotensi jadi yang paling rawan manipulasi digital dalam sejarah?

Direktur Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho memaparkan potensi tantangan yang dapat muncul pada Pemilu 2029.

Terkhusus di tengah penggunaan artificial intelligence (AI) yang semakin masif. 

Masyarakat Antifitnah Indonesia (MAFINDO) adalah organisasi masyarakat berbasis relawan yang fokus melawan hoaks, fitnah, dan disinformasi di Indonesia. 

Mereka dikenal luas lewat platform TurnBackHoax.id dan berbagai program literasi digital.

Direktur Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho menilai disinformasi pada Pemilu 2024 memang cukup banyak, namun dampaknya tidak sebesar pada Pemilu 2014 dan 2019 yang dipenuhi isu SARA.

Baca juga: Jauhi Zina dan LGBT: Karena Itu Merusak Diri, Keturunan, Agama, Nusa dan bangsa

Septiaji mengingatkan bahwa Pemilu 2029 belum tentu bebas dari isu serupa, terlebih ketika perkembangan teknologi memunculkan risiko baru yang lebih kompleks.

“Yang saya khawatirkan adalah ketika nanti pertemuan ada tiga titik nih. Dari pemilu, AI, SARA jadi satu. Itu adalah satu skenario yang paling buruk gitu ya tapi kita harus siap, kita harus punya sistem yang siap menghadapi itu, karena ini yang mungkin tidak dihadapi beberapa negara lain,” kata Septiaji di Kantor Bawaslu RI, Jakarta Pusat, Jumat (14/11/2025).

Ia mencontohkan bagaimana negara lain saja sudah kewalahan menghadapi deepfake, sementara Indonesia berpotensi menghadapi gabungan antara deepfake dan isu SARA.

“Negara lain mereka dengan deepfake saja sudah kewalahan nih. Kita ketambahan nih deepfake dengan sara," tuturnya.

"Kalau itu jadi satu, bayangkan misalnya teman-teman di Papua, teman-teman di Ambon gitu, teman-teman di Sumatera gitu ketemu dengan isu SARA yang dibuat dengan menggunakan deep fake,” sambung Septiaji.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved