Berita Pidie

Begini Persoalan Saat Musim Tanam Padi di Pidie, Waduk Rajui Baru Sebatas Selfie Pengunjung.

Kehadiran Waduk Rajui belum memberikan manfaat bagi petani. Saat ini, waduk Rajui hanya sebagai lokasi pariwisata dan selfie pengunjung.

Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Nur Nihayati
SERAMBINEWS.COM/ MUHAMMAD NAZAR
Peserta mengikuti rapat koordinasi turun ke sawa masa tanam rendengan 2019 di Oprom Bupati Pidie, Senin (16/9/2019). 

Kehadiran Waduk Rajui belum memberikan manfaat bagi petani. Saat ini, waduk Rajui hanya sebagai lokasi pariwisata dan selfie pengunjung.

Laporan Muhammad Nazar I Pidie

SERAMBINEWS.COM, SIGLI- Sejumlah petani Pidie sering kali dihadapkan dengan masalah air, pupuk, saluran tersumbat dan gangguan hama. 

Masalah petani itu muncul dalam rapat koordinasi turun ke sawa masa tanam rendengan 2019 di Oprom Bupati Pidie, Senin (16/9/2019).

Rapat tersebut dibuka Bupati Pidie, Roni Ahmad atau Abusyik.

Pantauan Serambinews.com, Senin (16/9/2019), saat moderator memberikan sesi bertanya, peserta rapat  langsung mengacungkan tangan. 

Krujuen Blang Padang Tiji, M Nasir, dalam rapat, Senin (16/9/2019) mengatakan, saat ini masalah pupuk sering terjadi kelangkaan saat tanaman padi membutuhkan pupuk. 

Persoalan pupuk permasalahan lama yang sampai kini belum adanya solusi dari Pemkab.

Kecuali itu, kata M Nasir, masalah air sering dikeluhkan petani Padang Tiji.

Kehadiran Waduk Rajui belum memberikan manfaat bagi petani. 

Saat ini, waduk Rajui hanya sebagai lokasi pariwisata dan selfie pengunjung. 

Baca: Abusyik Marah-marah Saat Buka Rapat Koordinasi Turun ke Sawah di Oprom Bupati Pidie

Baca: Dari 6 Ribu Koperasi di Aceh, Hanya 69 Persen Aktif

Baca: Penanganan Pantai Wisata di Kuala Pesisir Nagan Raya Diusulkan Anggaran Rp 12 Miliar

"Kami juga minta dibangun embung-embung kecil di Padang Tiji, guna menutupi kekurangan air," jelasnya.

Kujruen Blang Simpang Tiga, Abdul Salam, Senin (16/9/2019) menyebutkan, jika Pemkab mengintruksikan tanam serentak, maka petani di Kecamatan Simpang Tiga yang berada di hilir akan kekurangan air. 

Kendala lain, kata Addul Salam, saluran air tidak dibersihkan saat petani turun ke sawah. 

"Seharusnya sebelum turun ke sawah saluran dibersihkan lebih dahulu. Kalau sekarang justru terbalik, turun ke sawah lebih dahulu, sementara saluran tidak dibersihkan," jelasnya.

Kujruen Batee, Baharuddin Amin, mengungkapkan, di Kecamatan Batee yang paling dikeluhkan petani masalah air yang tidak cukup. 

Sehingga petani di sana menggunakan mesin pompa air. 

Juga banyak saluran air yang rusak. Akibatnya saat air dialiri dari embung  ke areal persawahan tidak bisa dilakukan petani.  (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved